Liputan6.com, Sigi - Teknologi tanam dan pendampingan menjadi harapan petani di Kabupaten Sigi untuk bangkit dari dampak bencana yang terjadi pada 2018 lalu. Di Desa Baluase, cara itu memberi dampak signifikan pada hasil panen.
Sudah sejak Rabu pagi (7/4/2021) kesibukan warga tampak di area persawahan Desa Baluase, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi. Puluhan petani mulai memaras rumput di tepi-tepi sawah mereka. Sementara di sudut lain sejumlah perempuan sibuk memasak hidangan untuk tamu-tamu penting yang akan datang ke desa mereka.
Hari itu jadi momen penting bagi kelompok Tani Sintuvu Singgani yang menghelat panen perdana yang dihadiri pejabat Kabupaten Sigi di demplot padi hasil kolaborasi mereka dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Tengah, Yayasan Pustaka Indonesia (YPI), dan Caritas Swiss.
Advertisement
Baca Juga
Hasil monitoring BPTP Sulteng terhadap lahan percontohan yang mulai digarap petani Baluase sejak akhir Desember tahun 2020 itu dihasilkan 8,32 ton gabah dengan taksiran menjadi beras sebanyak 5,1 ton. Hasil penen itu jauh meningkat dibanding biasanya yang hanya 4,7 ton per hektare atau 2,9 ton beras. Capaian itu terjadi juga karena pendampingan BPTP dengan penerapan teknologi pertanian, mulai dari pemilihan varietas, pola tanam, hingga pemilihan pupuk.
“Pendampingan kami termasuk sekolah lapang untuk kelompok tani agar petani dapat mengaplikasikan teknologi yang direkomendasikan,” Plt Kepala BPTP Sulteng, Nurdiah Husnah di Desa Baluase, Rabu (7/4/2021).
Bupati Sigi, Mohamad Irwan menyebut capaian di demplot percontohan itu jadi modal untuk percepatan pemulihan petani terdampak bencana di tengah pemulihan infrastruktur pertanian di daerah itu yang belum pulih sepenuhnya.
“Sigi kami proyeksikan puya daya saing berbasis agrobisnis. Sejauh ini kolaborasi pendampingan untuk petani sangat membantu,” Kata Irwan usai panen perdana.
Betapapun baru lahan percontohan, bagi para petani di Desa Baluase, panen hari itu jadi momen mereka bangkit dari dampak bencana dengan pola dan cara tanam yang efektif dangan hasil yang meningkat signifikan dibanding biasanya.
“Sebelumnya kami kesulitan menggarap lahan karena rusak karena gempa. Kami berharap pendampingan seperti ini terus berjalan” Ketua Kelompok Tani Sintuvu Singgani, Labolu (45 th) mengharapkan.