Sukses

2 tahun Tak Dapat Hunian dari Pemerintah, Warga Tompe Wujudkan Mimpi Secara Mandiri

Lima belas Kepala Keluarga (KK) penyintas tsunami di Desa Tompe, Kabupaten Donggala, memilih skema relokasi mandiri di tengah lambatnya pembangunan hunian tetap yang dikerjakan pemerintah di daerah itu.

Liputan6.com, Donggala - Lebih dari dua tahun kehilangan rumah akibat gempa dan tsunami tahun 2018 lalu, 15 penyintas asal Desa Tompe, Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, mulai membangun hunian tetap (Huntap) secara mandiri di lahan yang mereka beli secara berkelompok.

Kelompok nelayan tersebut memulai perencanaan hunian mandirinya sejak pertengahan tahun 2019 dengan pendampingan yayasan kemanusiaan Arsitek Komunitas (Arkom) Indonesia.

Pendampignan dimulai dari mencari lahan, advokasi ke pemerintah daerah, membuat panel-panel Rumah Tahan Gempa (RTG), menentukan model rumah, hingga pengeloaan dana pembangunan.

Kini di lahan 2.876 meter persegi di Desa Balentuma yang berjarak 800 meter dari bibir pantai belasan KK itu mengawali langkah mewujudkan kembali mimpi mereka, rumah.

“Proses dari awal semua kami lakukan bersama Arkom. Rumah kami yang dulu rusak marah dan masuk dalam zona terlarang untuk membangun,” Ferdi, salah satu penyintas tsunami bercerita, Sabtu (10/4/2021).

Ferdi mengaku lebih memilih relokasi mandiri bersama Arkom ketimbang tawaran huntap dari pemerintah lantaran ingin di lokasi yang tidak jauh dari laut sebagai sumber ekonomi mereka. Lagi pula katanya, huntap yang dijanjikan pemerintah hingga lebih dari 2 tahun belum juga terealisasi. Selama ini sendiri belasan keluarga nelayan tersebut hanya membangun hunian sementara dengan bahan dan material sisa-sisa bencana.

“Kami akan membangun model rumah tapak tahan gempa di sini. Target kami dalam 2 bulan bisa selesai,” kata warga Dusun III Desa Tompe itu.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Rumah Sebagai Media Pemberdayaan dan Pengetahuan Mitigasi

Yuli Kusworo, Koordinator Arkom Indonesia menceritakan, untuk mendapatkan lahan hingga membangun pihaknya memberi dana stimulan Rp50 juta per KK. Masing-masing KK lalu menyisihkan sebagiannya untuk menebus lahan secara kelompok. Sedangkan sisanya digunakan warga untuk belanja bahan dan membuat panel-panel Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA).

Dalam skema itu Yuli menjelaskan sukarelawan Arkom mendampingi merancang model rumah pilihan warga menjadi Rumah Tahan Gempa (RTG) yang dimulai dengan memfasilitasi pelatihan membuat panel-panel RISHA yang tersertifikasi Kementerian PUPR.

“Akhirnya bisa dibuktikan dengan manajemen pembangunan partisipatif seperti itu warga bisa lebih efisien dan belajar memitigasi dirinya dari bangunan rumahnya sendiri,” Yuli menerangkan usai acara peletakan batu pertama pembangunan Huntap Mandiri itu, Sabtu (10/4/2021).

Pilihan relokasi mandiri tersebut diakui Bupati Donggala, Kasman Lassa, adalah yang pertama di daerahnya dan turut membantu pemerintah mempercepat rehabilitasi dan rekontruksi pascabencana di Donggala. Terlebih kata dia pembangunan Huntap oleh pemerintah baru dimulai pertengahan tahun 2021.

“Ada 8 titik untuk relokasi dari pemerintah, mulai dikerjakan Juli 2021 dan ditarget selesai pada bulan Desember,” Kata Kasman usai menghadiri acara peletakan batu pertama Huntap Mandiri penyintas Desa Tompe.

Sementara warga yang memilih relokasi mandiri meminta Pemda Donggala menunjukkan kepedulian dengan menyediakan infrastruktur dan sarana penunjang hunian mereka seperti perbaikan jalan, listrik, dan air bersih.

“Pembangunan kami lakukan sendiri bersama Arkom. Untuk infrastruktur kami berharap pemda peduli pada kondisi kami,” Ferdi, salah satu penyintas tsunami di Desa Tompe berharap.