Liputan6.com, Garut - Mendapatkan informasi dari rekan sejawatnya, Emon, (72), salah seorang penjual kelapa bakar di Garut, Jawa Barat, mampu membantu pasien melalui terapi air kelapa bakar.
Lantas, benarkah khasiat kelapa bakar bagi kesehatan atau hanya mitos belaka?
“Ada yang batu ginjal batunya keluar setelah tiga minggu secara rutin minum kelapa bakar, dan banyak lagi,” ujar dia mengenang, mengenai pengalaman salah seorang pasien penyakit batu ginjal, dalam obrolan hangatnya dengan Sariagri, Minggu (18/4/2021).
Advertisement
Baca Juga
Menurutnya, air segar kelapa baik muda atau tua memiliki banyak manfaat kesehatan bagi tubuh. Sehingga tidak sedikit masyarakat yang menggunakan air kelapa sebagai media terapi mereka.
“Abah sendiri kalau secara medis kurang begitu tahu, namun beberapa yang sudah mencoba (terapi), Alhamdulillah sehat,” ujar dia.
Khusus mengenai kelapa bakar, Emon mengaku pertama kali mendapatkan informasi itu saat pengalamannya bergowes ria di kawasan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya.
Di sana ia mendapati banyak pasien memesan kelapa bakar yang digunakan untuk terapi terhadap masalah kesehatan yang mereka hadapi. “Saya hanya lihat saja,” kata dia.
Gayung bersambut, Emon pun mencoba pola itu dengan membuka sebuah lapak kecil di bilangan jalan Ahmad Yani Timur, Kecamatan Karangpawitan. “Awalnya memang orang bertanya, kok kelapa dibakar, namun setelah tahu khasiatnya akhirnya menjadi langganan,” kata dia.
Ada sedikit perbedaan pola pembakaran buah kelapa yang ia gunakan dengan yang ia temukan selama ini. Jika kebanyakan pedagang kelapa bakar langsung membakar kelapa muda atau degan hingga gosong di atas bara api.
Namun ia lebih memilih menggunakan media penggarangan melalui oven yang dibuat dari sebuah drum agar menghasilkan air kelapa lebih bersih dan matangnya lebih merata.
“Rata-rata sekali pembakaran sekitar 3 jam,” kata dia.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Jenis Air Kelapa Bakar
Ada dua jenis warna air kelapa yang dihasilkan melalui proses pembakaran, yakni merah hingga tetap jernih seperti sediakala, sebelum masuk oven.
“Paling gampang melihat matang dilihat dari kulit kelapanya saja, jika sudah jadi cokelat atau kulitnya pecah itu tandanya sudah matang.” Kata dia, sedikit berbagi tips.
Tak aneh dengan keterampilannya itu, sekitar 50 biji kelapa bakar seharga Rp10 ribu per biji, berhasil ia jual setiap harinya. Sementara kelapa hijau sekitar 100 biji per hari.
“Kalau puasa bisa lebih banyak lagi yang terjual, apalagi kelapa degan,” kata dia.
Emon mengaku selama ini ia mendapatkan pasokan kelapa muda atau degan dari wilayah Garut dan Tasik selatan. Ia berharap ikhtirnya menjual kelapa bakar bisa menjadi salah cara untuk menjadi media terapi bagi mereka yang membutuhkan.
“Pokonya saya menjual saja, soal medisnya kurang tahu, yang jelas yang menderita sakit pinggang, persendian, penyakit dalam sudah merasakan manfaatnya,” ujarnya sedikit merendah.
Kelapa bakar memang sudah mulai digunakan sebagai media terapi untuk kesehatan. Kelapa muda diyakini menambah energi, menghangatkan tubuh, meningkatkan daya tahan tubuh hingga mencegah terjadinya dehidrasi atau kekurangan cairan bagi tubuh.
Advertisement