Liputan6.com, Agam - Konflik antara manusia dan harimau kembali terjadi di Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Seekor kerbau milik warga mati dimangsa satwa dilindungi tersebut.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resor Agam, Ade Putra mengatakan konflik antara manusia dan harimau Sumatera itu terjadi pada Jumat 16 April 2021 di Nagari Tigo Balai Kecamatan Matur.
"Di lokasi ini tercatat sudah terjadi beberapa kali konflik sejak satu tahun terakhir," kata Ade, Senin (19/4/2021).
Advertisement
Dari identifikasi BKSDA, di 2 lokasi kejadian ditemukan jejak kaki satwa liar jenis harimau sumatra dengan ukuran 11 sentimeter.
Baca Juga
Oleh sebab itu, BKSDA mengambil tindakan memasang perangkap untuk mengevakuasi satwa langka dan dilindungi ini.
"Lokasi kejadian dekat dengan APL sekitar 100 meter," ujarnya.
Ade menyampaikan, saat ini perangkap sudah dipasang di dua lokasi, karena ada jejak harimau yang baru ditemukan tim di lapangan.
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Penyebab Konflik Manusia dan Satwa
Terjadinya konflik manusia dan satwa, tentu ada penyebabnya. Ade menjelaskan konflik bisa terjadi karena adanya alih fungsi lahan.
Alih fungsi lahan ini, katanya, menyebabkan tempat tinggal atau habitat satwa menjadi terganggu atau terjadi penyempitan. Apalagi satwa seperti harimau memiliki wilayah jelajah yang luas.
"Alih fungsi hutan ini banyak juga, misalnya ada perambahan, illegal logging, atau penggunaan lahan lainnya," ujar Ade.
Kemudian, Ade menambahkan faktor lainnya yakni kelalaian warga, yang membiarkan ternaknya begitu saja di pinggir hutan dan tidak dimasukkan ke kandang saat malam hari.
"Seperti kasus di Nagari Balai Tigo, warga hanya melihat hewan ternaknya sekali dalam dua minggu," katanya.
Advertisement