Sukses

Kasus Covid-19 Melonjak, Gubernur Riau Larang Masyarakat Mudik Lokal

Gubernur Riau Syamsuar menyatakan larangan mudik pada 6 Mei hingga 17 Mei 2021 juga berlaku untuk mudik lokal guna menekan penyebaran Covid-19.

Liputan6.com, Pekanbaru - Lonjakan Covid-19 di Riau membuat Gubernur Riau Syamsuar tidak memperbolehkan masyarakat Bumi Lancang Kuning melakukan mudik lebaran meskipun bersifat lokal. Dia menyebut mudik lokal hanya boleh sebelum tanggal 6 Mei 2021.

"Di atas tanggal 6 semuanya dilarang," kata Syamsuar di Pekanbaru.

Beberapa hari lalu, Syamsuar di berbagai media menyebut mudik lebaran lokal bisa dilakukan masyarakat pada tanggal 6 Mei hingga 17 Mei 2021. Mudik lokal bersifat antara kota atau kabupaten dalam satu provinsi.

Perubahan sikap ini diduga berkaitan erat dengan perkembangan Covid-19 di Riau sejak awal April. Sebab, Riau per 19 April 2021 mencatat rekor tertinggi jumlah kasus konfirmasi kumulatif di Pulau Sumatra.

Dibanding 9 provinsi lainnya, Riau telah mencatat 39.103 kasus. Selain itu, Riau juga menjadi pemuncak angka kematian di Pulau Sumatra yaitu 966 warga meninggal dunia akibat Covid-19.

Meski demikian, Riau juga mencatat angka kesembuhan cukup tinggi. Hingga kini sudah ada 35.461 pasien Covid-19 terkonfirmasi sembuh dan bergabung kembali dengan keluarga.

Simak video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Jangan Jenuh dan Berpuas Diri

Sementara itu, juru bicara Covid-19 Riau dr Indra Yovi menyebut larangan mudik lokal bisa mengurangi bertambahnya kasus baru. Namun menurutnya, yang penting itu bagaimana menjalankan protokol kesehatan meskipun tidak mudik.

Yovi menjelaskan, lonjakan Covid-19 terjadi karena masyarakat berpuas diri dengan kondisi sekarang. Puas diri dicampur jenuh karena sudah setahun lebih hidup dengan masker dan berjarak.

"Setahun itu bukan waktu lama untuk pandemi, ini masih panjang," kata Yovi.

Masyarakat jenuh dan berpuas diri bisa berakibat fatal. Yovi mencontohkan India saat ini tengah menghadapi gelombang Covid-19. Hal tersebut karena masyarakat jenuh sehingga mengabaikan protokol kesehatan.

"Dulu heboh soal Italia, sekarang India, dan Indonesia bisa juga seperti karena tipikal masyarakatnya sama, bandel," kata Yovi.