Liputan6.com, Palembang - Warga Kota Palembang Sumatera Selatan (Sumsel) pasti tidak asing lagi dengan kampung arab, atau dikenal dengan Kampung Al-Munawar.
Perkampungan yang terletak di Jalan KH Azhari Kelurahan 13 Ulu Kecamatan Seberang Ulu (SU) II Palembang tersebut, menjadi salah satu destinasi wisata religi di Kota Palembang.
Kampung Al-Munawar yang ditunjuk menjadi salah satu destinasi wisata religi, menyimpan sejuta sejarah yang hingga kini masih dilestarikan.
Advertisement
Baca Juga
Perkampungan ini awalnya didirikan oleh Abdul Rahman Bin Muhammad Al-Munawar sekitar 200 tahun yang lalu. Saat itu, nenek moyang keturunan Al-Munawar tersebut datang ke Kota Palembang di masa Kesultanan Palembang Darussalam.
Ada sekitar 75 Kepala Keluarga (KK) yang tinggal di Kampung Al-Munawar Palembang. Mereka semua merupakan keluarga besar dari daerah Yaman,Arab Saudi, yang sudah dihuni hingga 9 generasi.
Tidak hanya tempat pemukiman saja, kawasan ini juga mempunyai sekolah swasta, yaitu Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Kautsar, Taman Pendidikan Al-Quran (TPA), dermaga, musala, poliklinik dan lainnya.
Bangunan-bangunan di sana, dibuat dengan perpaduan tradisi Palembang-Yaman. Seperti berbentuk rumah Limas Palembang, dengan ornamen-ornamen ciri khas Palembang. Bahkan, banyak bangunan yang berusia hingga 300 tahun, yang masih berdiri kokoh hingga saat ini.
Setiap tahunnya, para keturunan Al-Munawar rutin menggelar peringatan 'haul' wafatnya Abdul Rahman Bin Muhammad Al Munawar. Biasanya kegiatan tersebut digelar bertepatan dengan Isra' Mi'raj.
Bahkan, pada perayaan tersebut juga diadakan pernikahan oleh para warganya. Dalam satu kali perhelatan, bisa menikahkan 7 pasangan pengantin dari Kampung Arab.
Dalam acara tersebut, warga Kampung Arab Palembang akan menggelar berbagai kesenian khas daerahnya, seperti gambus, marawis, tarian dana dan lainnya.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini :
Kesultanan Palembang Darussalam
Muhammad, warga Kampung Al-Munawar menuturkan, sejarah Kampung Al-Munawar berawal dari imigran Arab datang ke Palembang dalam rangka berdagang. Saat itu, Kesultanan Palembang Darussalam menyambut dengan baik.
"Banyak pendatang asing yang datang ke Palembang. Namun hanya orang Arab yang boleh naik dan tinggal di daratan, sedangkan pendatang dari negara lain hanya boleh menetap di perairan saja,” katanya, Rabu (21/4/2021).
Karena masuk melalui jalur perdagangan dan mempunyai aqidah agama yang sama, bangsa Arab juga sangat akrab dengan kesultanan. Bahkan, tidak sedikit anak-anak di kesultanan yang menikah dengan bangsa Arab yang menetap di Palembang.
Advertisement
Terkagum-Kagum
Wijaya, salah satu pelancong sangat takjub dengan bangunan-bangunan lama yang masih kokoh berdiri di Kampung Al-Munawar Palembang tersebut.
Kendati sudah beberapa kali datang ke kampung arab tersebut, namun dia tidak bosan menatapi deretan bangunan-bangunan yang bernuansa Islami.
“Sudah beberapa kali datang ke sini, masih saja saya terkagum-kagum,” ungkapnya.