Liputan6.com, Yogyakarta - Soal larangan mudik lebaran 2021 ahli Epidemiologi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM, dr. Riris Andono Ahmad, mengatakan kasus Covid-19 akan tetap meningkat meski ada larangan mudik maupun tidak.
Menurutnya penyebaran Covid-19 akan semakin meningkat ketika tidak ada pembatasan atau larangan mobilitas dalam populasi.
Advertisement
Baca Juga
“Jadi mau mudik atau tidak mudik pasti akan terjadi peningkatan kasus karena sudah ada transmisi, banyak peningkatan kasus,” ucap dia, saat dihubungi Jumat, 23 April 2021.
Riris menjelaskan kebijakan pemerintah tersebut akan efektif jika dilakukan sejak awal pandemi. Sebab, saat ini transmisi telah terjadi di hampir seluruh kota besar Indonesia.
Riris berharap kebijakan larangan mudik lebaran bisa dibarengi dengan pembatasan mobilitas masyarakat. Pasalnya, mobilitas masyarakat cenderung tinggi saat lebaran.
**Ingat #PesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Penegakan Aturan
“Bukan berarti lalu mudik tidak mudik tidak ada efeknya. Ada efeknya, tetapi mudik dilarang pun kalau mobilitas tidak dilarang maka peningkatan kasus itu jadi sebuah keniscayaan,” dia memaparkan.
Direktur Pusat Kajian Kedokteran Tropis UGM ini meminta pemerintah untuk tegas dan konsisten dalam menegakkan peraturan. Masyarakat pun diminta untuk sadar mengurangi mobilitas agar penyebaran Covid-19 tidak semakin meluas.
"Jika hal tersebut diabaikan dikhawatirkan akan terjadi transmisi Covid-19 dalam populasi secara cepat," ujarnya.
Riris mengatakan pemerintah perlu melakukan adaptasi kebiasaan baru dalam menghadapi Covid-19 dengan memberlakukan pengetatan dan pelonggaran mobilitas masyarakat yang dilakukan secara bergantian sesuai dengan situasi yang ada
"Kapan melonggarkan dan pembatasan seperti apa yang harus dilakukan,” dia menerangkan.
Advertisement