Sukses

Cartoon Village Sidareja, Mimpi Mengubah Wajah Desa di Purbalingga dengan Seni

Cartoon Village Sidareja, dari pedalaman kampung di Purbalingga, mereka menyatakan siap berkiprah di jagat kesenian Indonesia

Liputan6.com, Purbalingga - Pada perjamuan buka puasa yang bersahaja, kisah perjalanan mewujudkan Cartoon Village Sidareja mengalir. Slamet Santoso dan Gita Yohanna Thomdean, tuan rumah Kie Art Cartoon School, bertutur setahap demi setahap perjalanan tujuh bulan anak didiknya berproses menempa diri, Minggu (2/5/2021). Kini, dari pedalaman kampung di Purbalingga, mereka menyatakan siap berkiprah di jagat kesenian Indonesia.

Cita-cita ini tak bisa dibilang muluk. Sebab dalam waktu tujuh bulan sejak dibuka, Kie Art Cartoon School telah melahirkan enam kelompok pemuda seni dengan total 60 pemuda. Masing-masing kelompok membidangi genre yang berbeda, antara lain Kie Kartun, Kie Wayang, Kie Teater, Kie Akustik, Kie Tari, dan Kie Karawitan.

Ada juga Kie Ritual yang terdiri dari para sesepuh desa. Kie Ritual mengemban misi menghidupkan tradisi desa yang kini terlupakan. Hingga saat ini, ada Ritual Batu Peninis dan Ujungan yang berhasil tergali dari penuturan tetua desa.

Dari enam kelompok pemuda seni itu, Kie Kartun telah sukses mengukir prestasi dengan tampil pada sebuah pameran di Jakarta. Bahkan 35 karya anak-anak Purbalingga itu ludes terjual di pameran itu.

Kini kelompok Kie Kartun tengah mempersiapkan pameran seni internasional yang terbilang bergengsi. Pameran yang akan digelar pada pertengahan tahu ini menyuguhkan karya dari 64 negara. Sebab, karya yang tapil melewati proses kurasi yang ketat.

**Ingat #PesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Tradisi Desa

"Sekarang juga lagi ada beberapa projek dengan perusahaan asing untuk mengembangkan sketsa anak-anak sini," kata Slamet

Uniknya, karya anak-anak Kie Art mengangkat tradisi di desa yang kerap mereka jumpai. Hasilnya, bukan sekadar coretan yang indah, tetapi juga kaya narasi tentang tradisi lokal.

Sebagai contoh sketsa bertejuk "Mbaranggawe" atau hajatan pernikahan. Di Desa Sidareja, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga jika seseorang menggelar hajatan maka tetangga akan membantu, baik tenaga maupun keperluan untuk perjamuan tamu.

"Kalau kita sarikan, itu kan tradisi gotongroyong," ujar Slamet yang malang melintang di jagat seni lukis.

Dalam temaram cahaya lilin usai listrik padam, Slamet mengungkapkan harapannya bahwa kelak karya anak-anak dari desa bisa tampil di pentas dunia. Ia membuka mata publik bahwa cita-cita tak sesempit imajinasi masa lalu, yaitu jadi PNS, dokter,atau guru.

"Seni sebetulnya sangat menjanjikan," kata dia yang 20 tahun berkiprah di dunia pemeran seni lukis.

 

3 dari 3 halaman

Bukan Pepesan Kosong

Harapan ini bukan pepesan kosong. Sebab, ia sudah menyaksikan desa seni di berbagai belahan dunia mampu menjadi penggerak perenkonomian warganya. Ia sendiri sebelumnya sempat membidani kampung seni. Berbekal pengalaman itu, ia optimistis Kampung Kartun Sidareja juga akan mencapai potensi terbaiknya.

Setelah 20 tahun berkiprah di bidang seni, ia memenuhi panggilan hatinya untuk pulang ke kampung halaman. Panggilan itu makin kuat setelah kehilangan ibundanya pada 2017 yang lalu.

Tak ada lagi yang menyambutnya saat pulang ke kampung halaman. Tak ada teh panas yang tersaji ketika ia tiba di rumah. Ketiadaan ibundanya menyisakan ruang kosong di hatinya. Ruang itu yang kini ia isi dengan tekat untuk mengubah wajah desanya dengan kesenian.

"Ini yang sedang kami perjuangkan," ucapnya.