Sukses

Pertanian Modern Berbasis Ponsel di Sikka

Kementerian Koperasi dan UKM mendorong seluruh Koperasi di Indonesia untuk bergerak di sektor riil, di mana hasil pertanian dan kelautan sangat berlimpah

Liputan6.com, Sikka - Kementerian Koperasi dan UKM mendorong seluruh Koperasi di Indonesia untuk bergerak di sektor riil, alih-alih bergerak di simpan pinjam (KSP) yang hingga hari ini masih dominan. Sebab, hasil pertanian dan kelautan sangat berlimpah

"Padahal sektor rii sangat penting ke depannya dalam menggerakan roda perekonomian masyarakat," ungkap Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM), Teten Masduki ditemui awak media di Wairita, Desa Hoder, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis siang (20/5/2021).

Dengan potensi yang kita miliki di NTT saat ini, melihat potensi lautnya sangat luas dan menjanjikan, maka potensi ini yang harus dimanfaatkan termasuk mengolahnya menjadi pendapatan bagi koperasi dan masyarakat.

Untuk itu, pihak Kemenkop UKM ingin mendorong koperasi untuk bergerak di sektor riil (produksi).

"Koperasi harus masuk ke sektor-sektor kita yang memiliki keunggulan. Koperasi harus bisa memperkuat sektor produktif, banyak potensi di sektor pertanian, kelautan, bahkan komoditas," sebutnya.

Teten mengapresiasi langkah Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Kopdit Pintu Air yang telah masuk ke sektor produksi dan menggarap sektor pertanian dengan menggunakan teknologi.

"Walaupun tana di NTT ini tandus, tetapi saat ini Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Kopdit Pintu Air, sudah mulai mengambil langka untuk mengelolah tana yang tandus ini menjadi tana yang subur dengan menggunakan teknologi modern," bebernya.

Menurut dia, langkah yang diambil oleh Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Kopdit Pintu Air, sudah sangat tepat. Tetapi sektor kelautan juga harus bisa diambil untuk dikelola.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

KSP Kopdit Pintu Air dan Sektor Pertanian Modern Irigasi Tetes

Masuknya KSP Kopdit Pintu Air ke sektor pertanian modern irigasi tetes sangat tepat karena hemat air dan pupuk sehingga sangat cocok dikembangkan di NTT.

“Sektor pertanian masih terbuka luas. Sehingga kebutuhan akan sayuran saja tidak didatangkan dari luar NTT seperti Makasar dan Surabaya. Langka ini yang kita dorong koperasi kredit untuk bisa mulai di kelola oleh koperasi Indonesia,” ujarnya.

Ia menambakan, hampir di seluruh daerah ditemukan koperasi tidak berani masuk ke sektor perikanan terutama perikanan tangkap.

Ia mengatakan, koperasi yang ditanyai mengakui tidak berani masuk ke sektor perikanan karena mengaku suka dipermainkan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Namun, jika TPI dikuasai koperasi lalu kapal tangkapnya dimiliki koperasi maka permasalahan ini bisa teratasi.

“Dalam Undang-Undang Cipta kerja TPI bisa dikelola oleh koperasi. Paling tidak menaikkan gizi masyarakat dengan mengolah ikan kaleng dan didistribusikan ke daerah pegunungan,” ucapnya.

Sementara Yance Maring Petani milenial pengembang sistem irigasi tetes Smart Farming mengatakan saat ini KSP Kopdit Pintu Air sedang mengembangkan pertanian holtikultura dengan menggunakan sistem irigasi tetes Smart Farming di lahan seluas sekitar 5 hektare.

Lahan irigasi tetes ini sudah dilengkapi dengan teknologi modern di mana teknologi ini langsung dihubungkan dengan ponsel guna mengatur pengairan dan pemupukan pada tanaman.

“Dengan teknologi Smart Farming yang terkoneksi dengan telepon genggam Android kita bisa memantau unsur hara tanah, NPK, PH, Kelembaban, suhu dan water flow. Aplikasi ini pertama dikembangkan di lahan pertanian milik Kopdit Pintu Air,” jelasnya.

Teknologi ini sangat cocok dikembangkan di lahan pertanian di NTT yang bisa diolah dan menjadi lebih subur termasuk mengatur penggunaan air di lahan pertanian.

“Lahan pertanian milik Kopdit Pintu Air ini cukup kritis sehingga kita bongkar ulang, diratakan dan diolah terlebih dahulu hingga bisa ditanam. Menggunakan teknologi ini kita bisa mengetahui kesuburan tanahnya juga,” ucap dia.