Liputan6.com, Pandeglang Kurang dari 24 jam, wilayah Labuan dan Sumur, Ujung Kulon, Pandeglang, Banten digoyang 39 gempa bumi sejak Minggu, 23 Mei 2021 pukul 10.48 WIB berkekuatan magnitudo 5,2 hingga Senin, 24 Mei 2021, pukul 05.52 WIB berkekuatan magnitudo 3,3. Lokasi lindu berada di sesar Ujung Kulon.
Baca Juga
Advertisement
"Kalau (gempa bumi) ke sesar Ujung Kulon. Kalau titik namanya gempa tidak bisa di satu titik, yang robek itu kan bidang, bidang bisa geser, kiri, kanan, bawah, bisa gitu, jadi bukan titik," kata Suwardi, Kepala BMKG Wilayah II Tangerang, melalui selulernya, Senin (24/5/2021).
Simak video pilihan berikut ini:
Mitigasi Bencana
Pemprov Banten mengakui semenjak pandemi Covid-19 tidak fokus melakukan mitigasi bencana, baik gempa maupun tsunami, pemerintah berkilah mereka fokus menangani Covid-19. Bahkan, pendanaan khusus menangani bencana juga tidak dianggarkan.
"Kita enggak sempet konsentrasi (mitigasi), karena kita berhadapan dengan Covid-19. Karena kita enggak alokasi (dana mitigasi) ke sana," kata Gubernur Banten, Wahidin Halim, di rumahnya, Senin (24/05/2021).
Wahidin bersyukur ada gempa skala kecil, karena menurutnya, itu bisa mengurangi risiko gempa besar.
Mantan Wali Kota Tangerang dua periode itu mengibaratkan dengan gempa kecil, jurang dasar laut tertutup dikit demi sedikit, sehingga tidak langsung runtuh dalam jumlah besar yang mengakibatkan gempa besar.
Advertisement
Gubernur Banten Kesulitan Capai Shelter Saat Tsunami 2018
Terkait selter tsunami di Labuan, Kabupaten Pandeglang, sudah dibangun pemerintah pusat, tetapi kondisinya tidak terawat. Saat tsunami 2018 yang menyapu pesisir Banten, WH mengaku kesulitan mencari tempat evakuasi, sehingga saat alarm penanda tsunami berbunyi karena rusak, dia menyelematkan diri ke daerah Jiput yang lokasinya cukup jauh dari wilayah Carita, tempat dia meninjau reruntuhan bangunan.
"Saya berdoa semoga enggak ada gempa, tsunami, doa gubernur kan mewakili 12 juta penduduk, masih ada yang miskin ampuh makanya. Bagaimana mitigasi dan sosialisasi menjadi penting, diprogramkan mitigasi dan selter. Karena selter kalau dulu saya lewat situ juga kan bingung kalau ada gempa, tsunami, gue lari ke mana, gunung jauh banget, selter juga enggak ada. Makanya waktu tsunami itu kita lari ke Jiput," ujarnya.Â