Liputan6.com, Bandung - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) akan mengadakan pengamatan serentak gerhana bulan total (GBT) atau bulan merah super atau super blood moon dari 9 lokasi di seluruh Indonesia, antara lain Biak, Kupang, Pasuruan, Garut, Sumedang, Pusat Sains Antariksa LAPAN, SBPJP LAPAN, Pontianak, dan Agam.
Peneliti Pusat Sains Antariksa (Pussainsa) LAPAN, Andi Pangerang mengatakan, fenomena langka gerhana bulan total yang bertepatan dengan Hari Raya Waisak sangat unik karena beriringan dengan terjadinya Perige. Perige adalah ketika Bulan berada di jarak terdekat dengan Bumi.
"Mengingat lebar sudutnya yang lebih besar 13,77 persen dibandingkan dengan ketika berada di titik terjauhnya (apoge). Ditambah kecerlangannya 15,6 persen lebih terang dibandingkan dengan rata-rata atau 29,1 persen lebih terang ketika apoge, gerhana Bulan kali ini disebut juga sebagai bulan merah super," ujar Andi, Rabu (26/5/2021).
Advertisement
Baca Juga
Andi mengatakan durasi fase total gerhana juga terbilang cukup singkat, yakni 14 menit 30 detik. Puncak gerhana sendiri akan terjadi pada pukul 18.18.43 WIB, 19.43.18 WITA, 20.43.18 WIT dengan jarak 357.464 kilometer dari Bumi.
Sementara itu, untuk puncak Perige terjadi pada pukul 08.57.46 WIB, 09.57.46 WITA, 10.57.46 WIT dengan jarak 357.316 kilometer dari Bumi.
"Uniknya lagi, GBT kali ini juga bertepatan dengan detik-detik Waisak yakni pada 15 suklapaksa (paroretang) Waisaka 2565 Era Buddha yang jatuh pada 26 Mei pukul 18.13.30 WIB, 19.13.30 WITA, 20.13.30 WIT dengan jarak 357.461 kilometer dari Bumi," kata Andi.
Andi menjelaskan pada dasarnya, detik-detik Waisak terjadi ketika Purnama Waisak atau disebut juga Waisaka Purnima yang selalu jatuh pada 15 suklapaksa di bulan Waisaka.
Pada saat bulan purnama, Matahari dan Bulan akan berada dalam satu garis lurus sedemikian rupa.
"Sehingga cahaya Matahari dapat menerangi permukaan Bulan secara maksimal, maka bulan nampak bulat sempurna dipandang dari Bumi," ucap Andi.
Andi menambahkan kedudukan membentuk garis lurus seperti ini dikenal dengan istilah oposisi (solar) atau istiqbal.
Itu menjadikan Matahari dan Bulan membentuk sudut 180 derajat satu sama lain dalam peredarannya.
"Saat kedua benda langit tersebut tepat membentuk sudut 180 derajat di Hari Waisak dikenal sebagai 'detik-detik Waisak'," sebut Andi.
Dengan kata lain, detik-detik Waisak merupakan puncak bulan purnama pada bulan Waisaka menurut penanggalan India yang didasari oleh perderan Bulan. Keputusan merayakan Trisuci ini diatur dalam Konferensi World Fellowship of Budhists (WFB).
Â