Liputan6.com, Tasikmalaya Masa pandemi Covid-19 tak menghalangi petani di Desa Puspamukti, Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, untuk tetap berproduksi.
Mereka kini mulai naik kelas, seiring tawaran ekspor perdana kopi Arabika Java Sukapura yang ditanam di wilayah Cigalontang, Tasikmalaya, dengan tujuan pengiriman kota mode Perancis di Eropa.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Tasikmalaya Mohamad Zen, mengatakan geliat petani kopi arabika Cigalontang terus meningkat, meskipun pandemi Covid-19 mengahantam perekonomian mereka.
Advertisement
“Ada sekitar 11 desa yang menghasilkan kopi Cigalontang di sini,” kata Zen di sela-sela sambutan pemberian bantuan Gudang dan Rumah Jemur Kopi Cigalontang bantuan Bank Indonesia (BI) kemarin.
Baca Juga
Menurutnya, potensi kopi arabika Cigalontang terus meningkat, seiring naiknya permintaan terhadap kopi dari kota Santri tersebut. Saat ini luasan lahan perkebunan di Tasikmalaya mencapai 6.200 hektare lebih.
Dari jumlah itu sekitar 5.871 hektar diantaranya termasuk perkebunan umum. Rinciannya sekitar 3.273 hektare perkebunan rakyat, serta 1.807 hektar perkebunan besar negara. “Khusus kopi dalam tiga tahun terakhir luasannya naik terus,” ujarnya.
Zen mencatat, total luasan arena lahan perkebunan kopi Tasikmalaya mencapai 2905 hektare. Dari jumlah itu, sekitar 1.533 hektare lahan tanam dengan kategori belum menghasilkan, serta 1.275 hektare sudah mulai menghasilkan.
“Untuk jenis luwak hanya 97 hektare, namun sudah mampu menghasilkan kopi,” kata dia.
Namun meskipun demikian, Zen meminta petani terus berinovasi untuk menghasilkan kopi unggulan, dengan fokus ekspor, sehingga mempu meningatkan taraf kesejahteraan petani kopi di Tasikmalaya.
“Kita jangan puas dulu, persaingan semakin ketat sehingga perlu strategi, teknik budaya sesuai standar teknis, hingga pengolahan pascapanenya,” kata dia mengingatkan.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Harga Kopi Dunia Turun
Ketua Koperasi Classic Beans Hamzah Fauzi Nur Amin, yang akan menampung kopi ekspor mereka, mengaku terkesan dengan pola tanam yang dilakukan petani kopi arabika Cigalontang.
“Kebetulan tekstur tanahnya masih bagus, unsur haranya juga belum begitu terganggu tanaman sayuran,” kata dia.
Kondisi itu mempengaruhi kondisi dan kualitas kopi yang dihasilkan, dibanding area dengan luasan pertanian terutama sayuran yang cukup luas.
“Di sini juga pegunungannya masih terjaga dengan baik, jauh dari jangkauan area tanaman sayuran warga,” ujarnya.
Pengelola sekaligus pemilik paguyuban kopi Sunda Hejo Kadungora Garut tersebut menyatakan, untuk tahap awal petani kopi Cigalontang, sudah mengirimkan tiga kali pengirimkan dengan total belasan ton.
“Tujuan awal mungkin kami sertakan untuk tujuan Perancis dulu, baru setelah itu ke negara lain,” kata dia.
Khusus kopi arabika Cigalontang, Robert menilai memiliki potensi kopi yang menjanjikan, selain kondisi kesuburan tanah yang masih terjaga, pola tanam dan panen petani, hingga pengolahan pascapanen kopi yang dilakukan petani, sudah mulai tertata dengan baik.
“Saya lihat daya dukung padanya juga sangat bagus, termasuk BI (Bank Indonesia),” kata dia.
Robert panggilan Hamzah di kalangan pecinta Kopi di Garut menyatakan, geliat kopi dunia mulai tumbuh seiring membaiknya kondisi perekonomian masyarakat dunia, sejak pandemi Covid-19 memawabah.
“Harganya belum kembali normal, namun permintaan mulai naik meskipun masih belum ke kembali ke posisi semula,” kata dia.
Selama pandemi Covid-19 berlangsung, rata-rata harga serapan kopi dunia turun hingga 30 persen, tidak hanya soal jumlah pemesanan yang berkurang, namun harga kopi dunia juga ikut menukik.
“Biasanya setahun kami bisa kirim di atas 100 kontainer, sekarang kami menargetkan hingga 70 kointainer dulu, bahkan tahun lalu barang sempat tidak keluar (ekspor) sama sekali,” ujar dia yang telah melakukan ekspor sejak 2011 lalu tersebut.
Robert menyatakan, dibanding kopi dunia lainnya seperti Brasil, kopi arabika asal Indonesia dinilai memiliki rasa yang lebih beragam dan unik, sehingga memiliki pangsa pasar tersendiri.
“Mungkin juga sebagai negara kelautan dan negara vulkanis atau pegunungan sehingga soal rasa beragam dan unik,” kata dia.
Untuk tahap awal pengiriman di semester dua tahun ini, negara Amerika Serikat, beberapa negara Eropa seperti Perancis dan Swiss hingga Australia menjadi target pemasaran kopi asal Koperasi Classic Beans tersebut.
“Sebenarnya ada juga teman-teman di Inggris dan Jerrman yang menjadi Market kami, tapi mereka lebih suka membeli ke Swiss,” kata dia.
Advertisement