Sukses

Kondisi Terkini Covid-19 di Kudus, RS Luar Daerah Siap Tampung Pasien

Untuk kasus meninggal dunia karena COVID-19 di kudus mulai ada tren penurunan karena selama dua hari hanya enam kasus

Liputan6.com, Kudus - Temuan kasus baru COVID-19 di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mulai mengalami penurunan selama beberapa hari terakhir, termasuk jumlah kasus meninggal dunia juga turun dibandingkan sebelumnya.

"Data hari ini (1/6), temuan kasus baru COVID-19 hanya 29 kasus, sehingga ada penurunan dibandingkan sebelumnya. Misal sehari sebelumnya ada 78 kasus dan tanggal 28 Mei 2021 mencapai 241 kasus baru dan 29 Mei 2021 turun menjadi 202 kasus dan saat ini turun lagi," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus Badai Ismoyo di Kudus, Selasa, dikutip Antara.

Untuk kasus meninggal dunia karena COVID-19, kata dia, juga mulai ada tren penurunan karena selama dua hari hanya enam kasus, sedangkan sebelumnya bisa mencapai 12 kasus.

Sementara pasien COVID-19 yang dinyatakan sembuh juga meningkat karena hari ini (1/6) ada 61 kasus sembuh, sedangkan sebelumnya hanya 25 kasus sembuh.

Meskipun terjadi penurunan temuan kasus baru COVID-19, jumlah kasus aktif COVID-19 di Kabupaten Kudus masih tinggi karena mencapai 1.232 kasus, sedangkan tanggal 28 Mei 2021 tercatat hanya 1.031 kasus.

Padahal pertengahan Mei 2021 jumlah kasus aktifnya tercatat hanya 137 kasus, sehingga lonjakannya mencapai 800 persen lebih.

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Operasi Yustisi

Dari jumlah kasus sebanyak 1.232 kasus, sebanyak 294 orang di antaranya dirawat di rumah sakit, sedangkan isolasi mandiri sebanyak 938 kasus.

Terjadinya lonjakan kasus, membuat sejumlah pihak turut membantu penanganan seperti yang dilakukan DPRD Kabupaten Kudus melakukan sosialisasi tentang pentingnya memakai masker sambil membagi-bagikan masker kepada pedagang maupun pengunjung di Pasar Bitingan Kudus hari ini (1/6).

Kegiatan serupa juga akan digelar di tempat lain, seperti pusat perbelanjaan dan tempat-tempat keramaian lainnya karena tidak dipungkiri masih ada warga yang membandel tidak mau memakai masker.

Untuk memberikan efek jera terhadap warga yang membandel, maka peran Satpol PP Kudus perlu mengoptimalkan operasi yustisi kepatuhan prokesnya sehingga tingkat kepatuhan masyarakat juga meningkat.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyatakan daerah lain berupaya membantu Kabupaten Kudus dalam rangka menangani kasus COVID-19 yang saat ini grafiknya terus mengalami kenaikan.

"Kasus COVID-19 naik, Kudus tertinggi sehingga kami memberikan dukungan, termasuk belum lama ini Pemerintah Kota Semarang," katanya usai mengisi acara seminar dalam rangka Peringatan Hari Lahir Pancasila di Solo, Selasa.

Ia mengatakan beberapa bantuan yang diberikan di antaranya obat-obatan dan tenaga kesehatan. Selain itu, pihaknya juga berupaya memastikan ketersediaan tempat tidur dan ruang isolasi untuk para pasien COVID-19 tersebut.

 

3 dari 3 halaman

RS Luar Daerah

Pihaknya juga memastikan kesiapan berbagai rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk menangani lonjakan kasus COVID-19 tersebut, termasuk RSUD dr Moewardi Surakarta.

"Di Solo (RSUD dr Moewardi) ini dari Jawa Timur saja boleh kok," katanya.

Ia mengatakan sebetulnya secara keseluruhan kesiapan dari rumah sakit dalam kondisi aman, meski demikian kesiapan serupa tidak aman untuk di beberapa daerah, salah satunya di Kabupaten Kudus.

"Bahkan ada yang sudah 100 persen (tingkat keterisian pasien), ini kan gawat. Maka kami beri dukungan," katanya.

Sementara itu, disinggung mengenai lonjakan jumlah kasus COVID-19 yang terjadi di daerah tersebut, dikatakannya, sudah terprediksi sejak awal.

"Setiap libur panjang ada kenaikan, setiap Lebaran, libur panjang, apapun kerumunan yang berpotensi muncul (penularan kasus COVID-19) maka 14 hari kemudian berpotensi naik, itu sudah prediksi," katanya.

Ia mengatakan yang banyak terjadi adalah transmisi lokal menyusul ketidakdisiplinan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan, salah satunya menjaga jarak.