Sukses

Warga Garut Selatan Menjerit Minta Tambahan Kuota Gas Melon

Minimnya kuota yang diberikan Pertamina, membuat mereka meradang dan harus menebus dengan harga tinggi untuk mendapatkan gas bersubdisi tersebut.

Liputan6.com, Garut - Masyarakat Garut Selatan, Jawa Barat, masih mengeluhkan sulitnya mendapatkan jatah pasokan gas elpiji kapasitas 3 kilogram, hingga kini. Minimnya kuota yang diberikan Pertamina, membuat mereka meradang dan harus menebus dengan harga tinggi untuk mendapatkan gas melon bersubdisi tersebut.

Sutarmin (60), salah satu warga Gunung Gelap, Kecamatan Cisompet mengatakan, sejak pertama kali konversi minyak tanah ke gas 2009 lalu, hingga kini masih sulit mendapatkan jatah elpiji dengan harga terjangkau.

"Kalau pun ada harganya bisa Rp30 ribu, dan itu pun paling lima hari sekali, kadang seminggu sekali," ujarnya, Jumat (4/6/2021).

Menurutnya, keterbatasan kuota gas melon yang diberikan pemerintah, diduga menjadi salah satu penyebab sulit dan tingginya harga jual gas di wilayah Garut Selatan saat ini.

"Daripada lama menunggu, saya hingga kini masih menggunakan kayu bakar, sebab kalau pun mencari gas harus ke kecamatan Cisompet lumayan jauh," ujar dia.

Kondisi itu diperparah dengan kondisi medan jalan yang terjal dan berkelok, tidak sebaik di wilayah Garut Kota. "Belum lagi ancaman datangnya bencana alam seperti banjir dan longsor di sepanjang jalan," kata dia.

Seperti diketahui, wilayah Garut selatan memang terbilang luas. Di wilayah ini terdapat 246 desa di 15 kecamatan dengan topografi pegunungan dan hutan tersebut.

Tak ayal hal itu membuat gas melon yang dijual di wilayah Garut selatan, menjadi komoditas yang terbilang mewah dengan harga dua kali lipat. "Mohon pertamina bisa memperhatikan penambahan kuota gas subsidi itu untuk memudahkan warga," kata dia.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Medan Berat

Pemerintah daerah (Pemda) Garut, Jawa Barat berkali-kali telah melayangkan surat pengajuan ke Pertamina, ihwal penambahan kuota gas melon untuk wilayah Garut Selatan.

Terbaru, dalam pengajuan yang disampaikan Pemda beberapa waktu lalu, Bupati Garut Rudy Gunawan berharap ada penambahan kuota gas melon di wilayah Garut Selatan, untuk membantu meringankan beban masyarakat.

Beberapa agen penyalur gas bersibsidi di Garut mengakui luasnya area wilayah Garut selatan, termasuk medan alam yang terbilang menantang.

"Selain sempit, akses jalan ke Garut selatan memang belum semuanya baik dengan kontur permukaan aspal berlubang dan begelombang," ujar Direktur Utama PT Putra Mekar Sadulur Arief Rahman Jamil.

Sebagai salah satu perusahaan yang melayani area pemasaran jalur Garut Selatan, Arief berharap infrastruktur jalan ke Garut selatan terus menjadi perhatian pemerintah.

"Sebenarnya keluhan masyarakat terhadap kurangnya pasokan sudah berlangsung lama, namun kami tak kuasa menambah karena minimnya kuota yang kami terima," ujar dia.

Menurutnya, kebutuhan pasokan gas melon untuk wilayah Garut selatan, hingga kini masih terbilang kecil dibanding potensi penduduk yang mendiami hampir 15 kecamatan di sana. "Banyak desa yang sejak konversi minyak tanah ke gas 2009, baru terbangun pangkalan tahun 2019 lalu," kata dia.

Ia mencontohkan salah satu pangkalan di wilayah desa Depok, Kecamatan Cisompet baru terisi pangkalan dalam dua tahun terakhir, sejak konversi satu dekade lalu.

Hal yang sama terjadi di Desa Tanjung Karya, Kecamatan Samarang yang baru terbangun pangkalan gas belum lama ini. "Sebenarnya tidak hanya di Garut selatan, di beberapa desa di wilayah Garut juga masih kurang," kata dia.

Dalam perjalanannya, selain melayani gas melon, perusahaannya juga menyediakan pertashop, dengan bahan bakar jenis Pertamax 92 dengan harga sama dengan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).