Sukses

Viral Video Kerumunan Acara Joget-Joget di Sleman City Hall, Ini Kata Kapolres

Sebuah video berisi acara joget-joget massal di Sleman City Hall viral di media sosial. Padahal kasus Covid-19 tengah melonjak di DIY.

Liputan6.com, Sleman - Sebuah video berisi acara joget-joget massal di Sleman City Hall, viral di media sosial. Video tersebut diunggah akun Instagram @merapi_uncover dan mendapat respons yang beragam dari warganet. Sebagian mempertanyakan soal protokol kesehatan di acara tersebut, di tengah jumlah kasus positif virus Corona yang melonjak pascalebaran.

Video tersebut juga diunggah akun Twitter @cuitanjojo, dalam unggahannya itu, pemilik akun menulis: "Hari minggu kemarin tanggal 13 Juni 2021, saya mendapati sebuah event offline dengan panggung dan kerumunan penonton yang tentu saja membeludak.

Dari visual yang saya dapa sliweran di medsos, penontonnya ramai sekali. Asli kayak berasa bukan pandemi. Eventnya diadakan di Sleman City Hall, Yogyakarta pada hari Minggu, 13/6/2021."

Kapolres Sleman AKBP Wachyu Tri Budi Sulistiyono saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (17/6/2021), mengaku baru mengetahui adanya video tersebut. 

"Saya perintah Kasat Intel untuk cek," katanya. Pihaknya tidak menutup kemungkinan akan menindak yang bersangkutan jika terbukti melanggar protokol kesehatan. "Kita tunggu hasil penyelidikannya," katanya.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Kasus Covid-19 di Sleman

Sementara itu, penambahan kasus positif Covid-19 di Sleman memecahkan rekor. Dalam sehari, jumlah warga yang dilaporkan terpapar Covid-19 tercatat 257 kasus. Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman pun mendorong sudah saatnya Satgas bersikap tegas jika ada pelanggaran protokol kesehatan.

Sementara itu, Tim Dekontaminasi Pemakaman dan Pemulasaran Jenazah Covid-19 BPBD Sleman selama Rabu (16/6/2021) memakamkan 15 jenazah pasien Covid-19. Hingga pertengahan Juni ini total 59 jenazah yang dimakamkan dengan protokol Covid-19.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman Joko Hastaryo mengatakan selain dari hasil pengembangan trasing dari klaster yang sudah ada, penambahan kasus terjadi dimungkinkan adanya klaster baru.

"Ya selain tracing dari klaster yang sudah ada, sepertinya banyak klaster baru. Kami masih kesulitan untuk memilah-milah karena saking banyaknya kasus," katanya.