Sukses

Kreatif Kelola Sosial Media, Ini Cerita Mahasiswa UIN Jambi Berhasil Mengeruk Cuan

Mahasiswa KPI Universitas Islam Negeri (UIN) STS Jambi, memanfaatkan perkembangan teknologi internet untuk mengeruk cuan.

Liputan6.com, Jambi - Perkembangan teknologi internet yang kian pesat bikin tantangan dan pilihan karier semakin luas. Kondisi ini pun bisa menjadi modal mahasiswa yang kreatif untuk mengeruk cuan dari pesatnya perkembangan teknologi internet dan sosial media.

Bagi mahasiswa mengeruk cuan lewat sosial media memang masih menjadi hal baru. Namun, dua mahasiswa dari Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Thaha Saifuddin Jambi, telah berhasil mengambil peruntungan dari pesatnya perkembangan teknologi saat ini.

Keduanya adalah Anggia Rita Anggraini dan Azhari. Melalui sosial media yang dikelola secara kreatif itu, mereka telah berhasil mendapatkan pundi-pundi rupiah sebagai tambahan uang jajan.

Hal itu dikatakan Anggia dan Azhari ketika mengisi seminar inspiring talk yang diselenggarakan Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah UIN STS Jambi, pada Selasa (22/6/2021).

Seminar bertajuk "Selegram dan Influencer: Pilihan Karier, Bukan Sekadar Hobi" itu ditayangkan lewat saluran zoom dan diikuti seratusan peserta dari berbagai kota di Indonesia.

Anggia yang saat ini duduk dibangku semester IV itu mengaku tak menyangka, akun media sosial pribadinya telah memberikan cuan. Meski akun pribadinya @anggia.raa tergolong masih baru, namun saat ini telah diikuti belasan ribu pengikut. Di akun sosial medianya itu, ia kerap membagikan informasi berbagai kegiatan di kampusnya.

Tak hanya menggarap konten di sosial medianya, Anggia juga konsisten menjadi konten kreator dengan menggarap video tutorial makeup. Dari konsistennya menggarap konten itu, kini akun Youtube-nya yang telah mendatangkan adsense.

"Awalnya enggak nyangka juga, kemudian ada dari produk makanan, kecantikan, yang minta di promosoiin. Dari promosiin iklan itu, hasilnya bisa tambahan buat jajan, kadang juga ditabung," kata Anggia.

Menurut Anggia, melalui profesi barunya ini, ia mengaku masih tetap menjalankan tugas sebagai mahasiswa. Bahkan dia juga masih aktif di organisasi Pers Mahasiswa Biru Merdeka di kampusnya.

"Ketika ada waktu luang, biasanya aku mulai tuh bikin konten," ujar Anggia.

Sementara itu, Azhari yang saat ini masih duduk di semester VI KPI UIN STS Jambi, awalnya hanya iseng membuat akun @nyinyiran.jowo sebagai penghibur. Lewat akunnya itu ia membagikan informasi komedi bahasa jawa, kini telah diikuti 192 ribu pengikut.

"Sejak ada penghasilan dari sosial media ini, bisa nambahin uang jajan. Kadang bisa ditabung juga, jadi bisa enggak harus bergantung sama orang tua," kata Azhari. Ia mengaku dalam sekali endorse atau paid promotion bisa mengumpulkan seratusan ribu rupiah.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

2 dari 3 halaman

Profesi Menjanjikan Bagi Generasi Kiwari

Sementara Herlin Novianti, seorang influencer cum brand ambasador klinik kecantikan di Jambi, bercerita bagaimana ia mengelola akun media sosialnya hingga mendapatkan keuntungan dari jasa pemasaran digital.

Menurut dia, dibutuhkan konsistensi dan membangun manajemen untuk mengembangkan profesi konten kreator yang baru ini. Sebab sosial media seperti dua mata pisau, ada sisi positifnya dan negatifnya.

"Tergantung kita ya, kalau kita konsisten terus untuk hal yang positif, maka bisa jadi cuan," kata Herlin.

Herlin yang juga aktif di organsiasi perempuan itu, profesi konten kreator sangat menjanjikan untuk masa depan. Di tengah perkembangan teknologi internet yang pesat, menurut Helrin, profesi ini bisa menjadi pilihan untuk generasi saat ini seperti dirinya.

"Intinya kita harus konsisten buat konten. Tidak mesti harus good looking dan punya perangkat yang bagus dulu. Tapi yang pertama kita lebih ke personal branding, kita buat karya yang kekinian," kata Herlin.

Senada dengan Herlin. Anggia dan Azhari pun sama. Mereka sepakat, dibutuhkan konsisten yang kuat untuk menjalani profesi ini.

"Kalau kita sudah konsisten dan terus memperbaiki, jadi follower kita masih bertahan, bahkan bisa nambah terus," kata Anggia.

Mereka juga menyoroti fenomena buzzer atau pendengung yang banyak dibicarakan di masyarakat. Menurut mereka, buzzer biasanya digerakan oleh kelompok tertentu untuk tujuan politik tertentu pula.

"Setahu aku buzzer itu kebanyakan akun bodong. Kita bisa membedakan itu sih," kata Anggia.

3 dari 3 halaman

Transformasi Prodi KPI di Tengah Perkembangan Teknologi Internet

Disrupsi teknologi bagi kehidupan manusia tidak bisa dipungkiri. Berdasarkan data We Are Social menyebutkan, pengguna internet di Indonesia diperkirakan sudah mencapai 202 juta atau sekitar 73 persen dari total penduduk di awal tahun ini.

Jumlah ini masih menurut data We Are Social, meningkat 15,5 persen atau 27 juta jiwa jika dibandingkan pada Januari 2020 lalu.

Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi ini, Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) di bawah naungan Fakultas Dakwah UIN STS Jambi, yang konteks keilmuannya komunikasi dan penyiaran, kini mulai bertransformasi menjawab tantangan pesatnya perkembangan teknologi informasi.

Di tengah perkembangan teknologi internet itu, mahasiswa kata Ketua Prodi KPI UIN STS Jambi, Muhammad Junaidi, harus mengambil peluang dalam mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan dari dunia kampus.

"Perkembangan teknologi ini penting, dan kita harus siap menghadapinya. Literasi digital harus terus kita gencarkan," kata Junaidi.

Junaidi mengapresiasi, mahasiswa dari prodinya yang kreatif dan telah berbagi ilmu dalam seminar bertajuk "Selegram dan Influencer: Pilihan Karier, Bukan Sekadar Hobi" itu. Menurut dia, hal ini bisa menjadi inspirasi bagi mahasiswa lainnya.

"Kita harus aktif, produktif, dan mempunyai skill. Kedepan mahasiswa KPI tidak hanya syiar dakwah saja, tapi bagaimana bisa menebarkan hal-hal positif lewat jaringan teknologi," demikian Junaidi.