Sukses

Cerita Misteri di Indonesia yang Mendunia

Ada hasil riset menemukan benda yang bertuliskan kata Tjipetir tersebut sesuai dengan nama di Sukabumi, Jawa Barat, Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah cerita misteri tentang Indonesia belum banyak terpecahkan. Bahkan, misteri yang belum terpecahkan tersebut menarik perhatian warga dunia.

Mulai dari balok misterius bertuliskan Tjipetir, atlanis, piramida tertua di muka bumi hingga darah orang Indonesia yang ada di Madagaskar.

Dirangkum dari berbagai sumber, berikut misteri tentang Indonesia yang menjadi perhatian dunia:

Balok Misterius

Sebuah benda berbentuk persegi hitam, mirip talenan, terbawa ombak di seantero Eropa. Tak ada yang tahu, dari mana benda itu berasal. Hanya ada petunjuk kata 'Tjipetir' yang tercetak di permukaan kenyal itu.

Salah satu orang yang menemukannya, Tracey Williams, warga Newquay, Cornwall, Inggris berusaha memecahkan misterinya.

Ia melacaknya dari kata 'Tjipetir'. Hasil riset menemukan kata tersebut bersesuaian dengan nama sebuah kebun karet di Sukabumi, Jawa Barat, Indonesia.

Kebun tersebut yang beroperasi sejak akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Ketika Nusantara masih bernama Hindia Belanda. Hasil penelitian menyebutkan benda persegi itu sejatinya bukan karet, tetapi mirip gutta-percha atau getah perca: lateks koagulasi dari cairan getah murni yang dapat mengeras dan berasal dari pohon jenis Sapotaceae yang dapat dipadatkan, umumnya terdapat di Semenanjung Malaysia.

Pada abad ke-19 hingga pertengahan abad ke-20, bahan itu digunakan sebagai insulasi kabel telegraf yang melintang di dasar laut. Williams lantas menyebarkan temuannya itu di laman Facebook-nya. Orang-orang pun makin ramai merespons dan berbagi kisah 'Tjipetir' temuannya.

Benda persegi tersebut ditemukan tak hanya di Inggris dan Wales, tapi sampai di Shetland, Channel Islands, Spanyol, Prancis, Belanda, Jerman, Norwegia, Swedia, dan Denmark. Sejumlah orang juga melaporkan temuan karung dan gulungan karet.

Diduga balok Tjipetir itu adalah tumpahan kargo kapal Jepang Miyazaki Maru yang tenggelam pada Mei 1917, di tengah Perang Dunia I.

 

Simak video pilihan berikut ini:

2 dari 6 halaman

Misteri Perempuan Nusantara

Darah Indonesia

Madagaskar merupakan salah satu daerah yang menjadi daya tarik antropolog untuk meneliti. Diketahui, selama ribuan tahun tidak ada manusia.

Bahkan, pulau keempat terbesar dunia itu sebelumnya hanya dihuni hewan lemur. Namun, hasil penelitian menyebutkan penduduk Madagaskar memiliki nenek moyang dari Indonesia.

Seperti dimuat situs sains, Physorg.com, penelitian genetika yang dipimpin Murray Cox dari Massey University Selandia Baru mengungkap hal mengejutkan: bahwa nenek moyang penduduk Madagaskar adalah 30 perempuan -- 28 di antaranya yang berasal dari Indonesia.

Petunjuk didapatkan dari uji DNA 266 orang dari tiga etnis Malagasy -- orang asli Madagaskar dan analisis mitokondria atau baterai sel yang gennya diwariskan dari ibu.

"Hal yang tak biasa tentang pulau ini adalah, Madagaskar terletak sangat jauh dari Indonesia. Ia juga dihuni belakangan, ketika sebagian besar dunia telah berpenghuni," kata peneliti dari Massey University Selandia Baru, Murray Cox, kepada situs sains LiveScience.

Para perempuan Nusantara itu datang ke pulau di pesisir Benua Afrika itu pada 1.200 tahun. Diduga, kapal mereka tenggelam kala itu.

Simulasi komputer juga menunjukkan, permukiman pertama di Madagaskar ada pada tahun 830 Masehi, saat yang bersamaan dengan berkembangnya perdagangan nusantara di bawah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya, yang berpusat di Sumatera.

Ada faktor lain yang menunjukkan kontribusi Nusantara, yakni bahasa. Dari segi linguistik, penduduk Madagaskar bicara dalam bahasa, yang asal-usulnya bisa dilacak sampai Indonesia. Sebagian besar dari leksikon Ma'anyan, bahasa yang dipraktekkan sehari-hari di masyarakat yang bermukim di sepanjang Sungai Barito, di wilayah pedalaman.

Juga ditemukan segelintir bahasa yang akarnya dari Jawa, Melayu, atau Sansekerta.

Bukti lain pengaruh Nusantara di Madagaskar adalah penemuan perahu cadik, peralatan besi, instrumen musik seperti gambang. Juga peralatan makan yang sangat 'tropis', sistem tanam padi, pisang, ubi jalar di sela-sela hutan.

Bagaimana para perempuan ini sampai di Madagaskar, hingga kini masih jadi misteri besar?

 

3 dari 6 halaman

Atlantis di Indonesia

Atlantis di Indonesia

Dari catatan filsuf Yunani Plato dalam dialog 'Timaeus dan Critias', yang ditulis sekitar tahun 330 Sebelum Masehi menjadi petunjuk yang memicu pencarian besar-besaran terhadap sebuah peradaban yang hilang: Atlantis.

Menurut, Plato, Atlantis terhampar "di seberang pilar-pilar Herkules". Pulau berberadaban maju itu konon memiliki angkatan laut yang menaklukan Eropa Barat dan Afrika 9.000 tahun sebelum waktu Solon, atau sekitar tahun 9500 SM. Setelah gagal menyerang Yunani, Atlantis tenggelam ke dalam samudera. "Hanya dalam waktu satu hari satu malam".

Sejumlah ilmuwan dan petualang berusaha "menyibak" lautan, untuk mencari tahu di mana posisi Atlantis.

Konon, lokasinya ada di Spanyol, Kepulauan Mediterania, Gurun Sahara, Amerika Tengah, Antartika, Afrika, atau Samudera Atlantik -- yang namanya mirip.

Namun, kata penulis Brasil Arysio Santos, Atlantis tak kunjung ditemukan karena mereka mencarinya di tempat yang salah.

"Atlantis berada di Samudera Hindia, di belahan lain Bumi," kata dia. Pria berlatar belakang fisika nuklir itu menunjuk Indonesia sebagai lokasi persisnya.

Dalam bukunya, “Atlantis the Lost Continents Finally Found”, Santos menggambarkan Atlantis berada di "the most volcanic region in the world" alias daerah paling banyak gunung berapinya.

Dan, seperti dikutip laman Atlan.org, faktanya Indonesia terdiri dari ribuan gunung berapi yang berubah menjadi pulau-pulau.

Indonesia juga pernah mengalami bencana letusan gunung Krakatau dan Tambora. Bahkan, Danau Toba di Sumatera adalah bekas salah satu kawah gunung berapi.

Letusan beberapa gunung berapi secara bersamaan, kata Santos, menyelimuti permukaan bumi mencairkan es dan memicu ombak raksasa yang menenggelamkan Atlantis. Namun atlantis hingga kini masih menjadi cerita misteri.

 

 

4 dari 6 halaman

Manusia Hobbit

Manusia Hobbit

Gabungan peneliti dari Indonesia dan Australia melakukan ekskavasi di gua batu kapur Liang Bua. Mereka menemukan fosil tengkorak kecil dan bagian rahang bawah.

Meski mungil, namun, ia memiliki susunan gigi dewasa. Tulang yang membatu itu diperkirakan berusia 180 ribu tahun.

"Ini bukan tengkorak anak kecil, tapi sosok dewasa mini -- salah satu hominid atau makhluk mirip manusia dewasa terkecil yang pernah ditemukan," kata Mike Morwood dari University of Wollongong, Australia saat mengumumkan temuannya.

Sejumlah fosil belulang lain kemudian diekskavasi dan diidentifikasikan sebagai spesies hominid yang disebut sebagai Homo floresiensis.

Sejak penemuan tersebut, para peneliti berusaha menguak misteri asal usulnya.

Pada 2010, para ilmuwan mengungkap bahwa peralatan batu yang ditemukan di Flores menunjukkan bahwa nenek moyang manusia hobbit tinggal di wilayah itu pada 1 juta tahun lalu.

Kemudian, muncul dugaan bahwa nenek moyang hobbit adalah Homo erectus -- yang menuai perdebatan sengit soal peranannya dalam rantai evolusi manusia.

Fosil Homo erectus yang ditemukan di Sangiran, wilayah tepi Bengawan Solo di Jawa Tengah pada Abad ke-19 diduga berusia 1,5 juta tahun.

Belakangan, seperti dikutip dari situs LiveScience, para ahli menemukan peralatan dari batu yang diperkirakan berasal dari masa 118 ribu - 194 ribu tahun lalu.

Peralatan itu diperkirakan milik kerabat misterius manusia. Namun, bukan Homo erectus atau Homo floresiensis. Mereka sama sekali berbeda, mungkin nenek moyang manusia hobbit.

"Mungkin ada spesies hominid yang sama sekali berbeda di Sulawesi sebelum manusia modern datang menggunakan perahu sekitar 50 ribu tahun lalu," kata pemimpin studi, Gerrit van den Bergh, dari University of Wollongong, Australia, seperti dimuat LiveScience 13 Januari 2016.

Para peneliti masih menguak misteri apa gerangan manusia purba yang membuat alat batu tersebut.

 

5 dari 6 halaman

Piramida Tertua di Bumi

Piramida Tertua di Bumi

Sejarawan Belanda, NJ Krom terpukau saat melihat situs megalitikum di permukaan sebuah bukit di Cianjur, Jawa Barat pada tahun 1914. Sang ilmuwan menduganya sebagai kuburan.

Namun, warga lokal mengira itu istana Prabu Siliwangi yang gagal dibangun dalam waktu semalam. Kemudian, tahun 2011, Gunung Padang kembali jadi pusat perhatian.

Saat itu, temuan tim peneliti katastrofi purba yang dibentuk kantor Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana mengungkapkan, apa yang dilihat N.J Krom baru sekedar permukaan.

Hal menarik, kata mereka sejatinya ada di Perut Gunung Padang. Diduga, situs tersebut bukanlah bukit alami, melainkan sebuah bangunan buatan manusia masa lalu yang berperadaban maju, yang bentuknya pundek berundak -- mirip piramida.

Jika terbukti, bisa jadi Gunung Padang adalah punden berundak terbesar di dunia. Bahkan yang tertua.

 

6 dari 6 halaman

Kapal Hantu di Medan

Kapal Hantu Medan

Suatu hari pada bulan Juni 1947, dua kapal Amerika yang sedang berada di Selat Malaka -- City of Baltimore dan Silver Star -- menerima pesan darurat dari kapal dagang milik Belanda, SSOurang Medan. Atau 'Orang Medan'

Seorang operator di kapal Ourang Medan mengirimkan kode Morse. Isinya: "Semua awak kapal, termasuk kapten terbaring sekarat di ruang peta (chartroom) dan anjungan. Mungkin semuanya telah meninggal dunia."

Kemudian kalimat terakhir diterima. "Aku (akan) mati," seperti dikutip dari Daily Mail, Jumat (4/12/2015). Setelah itu pesan radio terputus.

Pesan mengerikan tersebut juga didengar pos pemantauan milik Belanda dan Inggris yang ada di sekitar Selat Malaka.

Kemudian, para operator radio penerima berusaha melacak sumber sinyal dan menentukan bahwa pesan tersebut datang dari SS Ourang Medan, yang juga ada di Selat Malaka.

Kapal Silver Star adalah yang terdekat. Nakhodanya lalu memutar haluan mendekati lokasi Ourang Medan. Mereka menemukan kapal itu terapung di lautan.

Yang mengerikan, jasad-jasad para krunya bertebaran di dek. Semuanya dalam kondisi mengerikan: mata terbelalak.

Ekspresi ketakutan dan horor terlihat jelas dalam wajah-wajah beku. Pun dengan anjing kapal yang ditemukan mati.

Awak kapal AS, Silver Star yang melakukan pengecekan tak menemukan tanda-tanda kekerasan, tak ada darah yang merembes, tiada tanda-tanda perlawanan.

Kapten Silver Star memerintahkan agar tali pengeret dipasangkan ke Ourang Medan, agar kapal tersebut bisa ditarik ke pelabuhan terdekat, supaya aparat bisa menyelidiki apa gerangan penebar maut di bahtera tersebut.

Namun, sebelum niatan itu terlaksana, asap tebal mengepul dari bagian kapal. Kemudian, ledakan terjadi. Ourang Medan pun tenggelam. Semua bukti-bukti karam ke dasar laut.

Legenda Ourang Medan menyebar dari satu pelabuhan ke pelabuhan yang lain. Dijadikan artikel majalah-majalah spesialisasi kisah misteri.

Sebuah laporan resmi terkait kapal itu bahkan muncul dalam Proceedings of the Merchant Marine Council US Coast Guard edisi Mei 1952. Hingga kini belum diketahui, apakah Ourang Medan kisah nyata atau bohong belaka.