Liputan6.com, Yogyakarta- Siapa yang sangka, Yogyakarta sebagai kota budaya dan seni justru hampir kehilangan beberapa jenis keseniannya. Tidak adanya generasi penerus, keterbatasan sarana prasarana, keterbatasan kreativitas, dan pergeseran minat masyarakat menjadi beberapa faktor penyebab mulai hilangnya beberapa kesenian di Yogyakarta.
Dikutip dari berbagai sumber, ada sekitar 36 kesenian asal Yogyakarta yang mulai hilang, berikut lima di antaranya :
1. Srandul
Advertisement
Kesenian srandul merupakan salah satu kesenian dengan bentuk drama tari yang berasal dari Kabupaten Bantul. Pencipta kesenian Srandul tidak diketahui secara pasti, namun kesenian tersebut diwariskan secara turun temurun antar generasi.
Arti nama Srandul masih jadi pertanyaan bagi orang-orang yang mengetahui kesenian tersebut. Sebuah sumber mengatakan bahwa Srandul berasal dari kata pating srendul yang berarti campur aduk. Hal ini diartikan sebagai campuran aneka cerita yang sering kali dibawakan pada pentas Srandul. Cerita yang biasa dipentaskan berbeda dan menyesuaikan kearifan lokal masing-masing tempat pergelaran Srandul digelar.
Baca Juga
2. Jabur
Seni Jabur merupakan wayang orang dengan nuansa Islam yang mengambil cerita dari babad Menak. Kesenian yang berasa dari Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta ini sudah lama berdiri dan telah mengalami beberapa perkembangan dari jumlah anggota, jumlah pengunjung dan struktur organisasi. Minimnya jumlah pakaian pentas, masyarakat yang belum menerima adanya seni Jabur, para generasi muda belum tertarik mempelajari seni Jabur menyebabkan kesenian ini jarang dipentaskan.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Cikal Bakal Ketoprak
3. Ketoprak Ongkek
Ketoprak Ongkek merupakan asal mula ketoprak yang saat ini kita kenal. Ketoprak int disebut juga ketoprak pikulan karena semua peralatannya dibawa dengan cara dipikul. Ketoprak Ongkek melakukan pentas dari kampung ke kampung, memilih tempat strategis, lapang, dan luas untuk pentas.
Iringan musiknya adalah musik campuran, yaitu gamelan, kothekan, lesung, dan instrumen bordowal seperti siter, rebab, atau mandolin. Beberapa sumber mengatakn ketoprak ini muncul pada 1920-an sebagai sarana hiburan rakyat yang juga berfungsi sebagai cara menenemkan pengertian budi luhur melalui cerita yang dibawakan.
4. Dadung Awuk
Dadung Awuk merupakan salah satu bentuk teater rakyat yang tumbuh dan berkembang di Yogyakarta. Dadung Awuk berbentuk dramatari, yaitu bentuk pertunjukan yang memadukan antara lakon, drama, tari, dan iringan musik. Dadung Awuk khusus memainkan lakon-lakon yang berkisah tentang tokoh yang bernama Dadung Awuk. Salah satu grup kesenian Dadung Awuk yang masih bertahan adalah Dadung Awuk Mudatama yang terdapat di Tegalrejo, Tamanmartani, Sleman, Yogyakarta.
5. Antup
Drama tari Antup, kesenian tradisional yang muncul dan berkembang pada 1935 ini berasal dari Kabupaten Sleman, di ambang kepunahan. Pergelaran maupun seniman untuk drama Tari Antup sudah sangat jarang ditemukan. Tari Antup sendiri terdiri dari gerakan impovisasi yang disesuaikan, sehingga gerak yang dihasilkan bersifat sederhana sesuai dengan ciri-ciri tarian rakyat.
Iringan musik yang digunakan pada awalnya berupa bilahan bambu yang nadanya disesuaikan dengan gamelan slendro dengan lagu Kecik-kecik. Penari keseluruhan laki-laki, dan untuk tokoh wanita juga diperankan oleh laki-laki. Kostum pemain drama tari Antup berbentuk sederhana dan tutup kepala dengan menggunakan daun nangka. Namun dalam perkembangannya pementasan drama tari Antup menggunakan iringan dengan perpaduan dengan gamelan.
(Tifani)
Advertisement