Sukses

Gawat, Persediaan Oksigen di Sejumlah Rumah Sakit di Solo Mulai Kritis

Kondisi pandemi Covid-19 di Solo mulai mengkhawatirkan. Pasalnya, persediaan oksigen di sejumlah rumah sakit di Kota Solo hanya tinggal beberapa jam.

Liputan6.com, Solo - Kondisi pandemi Covid-19 di Solo mulai mengkhawatirkan. Pasalnya, persediaan oksigen di rumah sakit di Kota Solo mulai menipis. Hal itu setidaknya disampaikan Sumartono Hadinoto, tokoh masyarakat Solo yang juga CEO PMI Kota Solo, dalam sebuah tayangan video singkat yang beredar di media sosial.

"Teman-teman mohon bantuannya. Pagi ini baru saja saya mendapat telepon dari beberapa dokter di rumah sakit yang ada di Solo. Beberapa rumah sakit stok oksigennya mulai mengkhwatirkan, mungkin tersisa beberapa jam lagi habis," kata Sumartono dalam video tersebut.

Dirinya juga mengatakan, para tenaga kesehatan sejak semalam juga sudah berusaha minta bantuan ke beberapa pemasok. Namunm hingga pagi tadi oksigen tidak juga dikirimkan. Dirinya berharap siapa pun yang punya jaringan untuk mau membantu memasok oksigen di rumah sakit di Solo, agar tetap beroperasi.  

Video berdurasi kurang dari satu menit itu lantas dia sebarkan ke berbagai kolega dan kenalannya, termasuk Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka. 

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo, Siti Wahyuningsih, membenarkan kabar menipisnya pasokan oksigen rumah sakit di Solo. Sudah sepekan terakhir, katanya, stok oksigen di sejumlah rumah sakit di Solo kritis. Persoalannya, lanjut dia, DKK hanya bisa sebatas menerima keluhan dari RS karena pasokan oksigen itu adalah kerja sama antara RS dengan perusahaan produsen oksigen. 

Simak juga video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Covid-19 di Solo

Tingkat keterisian seluruh rumah sakit di Kota Solo sendiri hingga saat ini sudah mencapai 95 persen menyusul tingginya angka kasus Covid-19 di daerah tersebut.

"Saat ini ada 1.063 tempat tidur yang terisi," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Surakarta Siti Wahyuningsih di Solo, Kamis kemarin.

Ia mengatakan mengenai langkah konversi tempat tidur pasien oleh rumah sakit tidak mudah dilakukan mengingat ketersediaan sumber daya manusia (SDM) dalam hal ini tenaga kesehatan juga harus dipikirkan. Selain itu, dikatakannya, yang tidak kalah penting adalah biaya operasionalnya.

"Kalau rumah sakit semangatnya luar biasa, tetapi kalau masyarakatnya tidak patuh kan kasusnya tidak akan berkurang," katanya.

Sementara itu, mengenai tenda yang terpasang di sejumlah halaman rumah sakit, menurut dia untuk mengantisipasi agar pasien yang antre dapat terlindungi.

"Tenda itu asumsi saya agar jangan ada (pasien) yang keleleran (terlantar) di emper," katanya.

Ia mempersilakan rumah sakit jika ingin mengajukan kebutuhan tenda kepada Pemerintah Kota Surakarta.

"Kami masih ada stok, rumah sakit yang butuh silahkan ambil. Kalau sejauh ini yang sudah pasang ada tujuh rumah sakit. Namun begitu ada tenda masyarakat langsung datang, ini juga membuat RS dilema. Nambahin tenda tetapi tenaganya 'enggak' ada," katanya.

Oleh karena itu, ia mengimbau kepada masyarakat agar tidak perlu datang ke rumah sakit jika tidak dalam situasi darurat.

"Masyarakat kalau 'nggak' penting banget 'nggak' usah ke rumah sakit, termasuk kalau pasien sudah bisa pulang ya segera pulang," katanya.