Liputan6.com, Katingan - Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah, memanfaatkan program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP) dari Kementerian Pertanian untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK).
Caranya, dengan mengembangkan teknologi Pertanian Cerdas Iklim atau Climate Smart Agriculture (CSA) atau Pertanian Cerdas Iklim melalui demplot padi sawah sistem Jajar Legowo.
Baca Juga
Hashim Djojohadikusumo Adik Prabowo Subianto Raih Penghargaan dari KLHK, Dinilai Berjasa Turunkan Emisi Gas Rumah Kaca
Sosialiasi SP4N-LAPOR! dan Cara Kaltim Mitigasi Perubahan Iklim
Target Ambisius Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca Antarkan Kota Probolinggo Jadi Juara Nasional One Planet City Challenge 2024
Sistem ini menggunakan input yang ramah lingkungan seperti penggunaan pupuk organik, benih unggul, pestisida nabati, pengolahan lahan macak-macak dan penggunaan irigasi terputus (intermittent).
Advertisement
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, Pertanian Cerdas Iklim memiliki dampak positif untuk pertanian. Dan proyek SIMURP ini sejalan dengan arah kebijakan Kementerian Pertanian yang difokuskan pada tiga tujuan pembangunan pertanian.
"Tepatnya, penyediaan pangan bagi 273 juta rakyat Indonesia, meningkatkan kesejahteraan petani, dan meningkatkan ekspor," ujar Mentan SYL.
Mentan Syahrul pun menegaskan kepada seluruh jajarannya, untuk mensukseskan program-program utama Kementerian Pertanian, termasuk SIMURP.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Tinggi Emisi Gas Rumah Kaca
Di Kalimantan Tengah, salah satu lokasi SIMURP adalah BPP Pegatan, Kabupaten Katingan. Rabu (15/7/2021), BPP Pegatan telah melakukan pengambilan sampel GRK tahap 3 di areal pertanaman padi yang budidayanya dengan pendekatan CSA. Pengambilan sampel dilakukan guna menduga emisi GRK dari lahan pertanian dan pertanaman padi.
Mario, Penyuluh Pertanian selaku penanggung jawab BPP Pegatan, menyampaikan masih tingginya produksi emisi GRK pada sektor pertanian.
"Untuk itu, dibutuhkan monitoring dan pengawasan secara berkala, sehingga dapat dipantau dan ditekan kuantitasnya," tuturnya.
Mario menambahkan, pemanfaatan alat GRK secara optimal, bukan tidak mungkin akan mempercepat pengurangan emisi GRK.
Advertisement