Sukses

Angka Kematian Covid-19 di Gunungkidul Tinggi, Petugas Jenazah Kewalahan

Gunungkidul mencatat rekor kematian karena Covid-19 tertinggi selama pandemi pada Minggu (11/7/2021).

Liputan6.com, Gunungkidul Gunungkidul mencatat rekor kematian karena Covid-19 tertinggi selama pandemi pada Minggu (11/7/2021). Dalam sehari, angka kematian karena Covid-19 di Kabupaten Gunungkidul mencapai 23 kasus, sedangkan pada Senin (12/7/2021), angka kematian Covid-19 mencapai 17 kasus.

Di satu sisi, para relawan peruktian dan pemakaman jenazah Covid-19 harus berjibaku mengurusinya. Terbatasnya stok Alat Pelindung Diri (APD) dan personel mengakibatkan para relawan kewalahan.

Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul Dewi Irawaty menyampaikan, selain meninggal dalam perawatan di rumah sakit, tak sedikit dari pasien yang meninggal saat menjalani isolasi mandiri di rumah.

"Minggu, kematian memang cukup tinggi karena mencapai 23 orang. 5 di antaranya merupakan pasien isolasi mandiri, untuk Senin ada 17 kasus," kata Dewi kepada Liputan6.com, Senin (13/7/2021).

Dewi mengakui tingginya angka kematian Covid-19 di Gunungkidul lantaran terbatasnya kemampuan layanan. Meski tempat tidur pasien sudah ditambah, namun jumlahnya tak sebanding dengan meningkatnya kasus yang membutuhkan penanganan.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Kewalahan

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wonosari, dr Heru Sulistyoningsih mengakui petugas rukti jenazah Covid-19 di RSUD Wonosari memang sangat terbatas. Di tim inti, RSUD Wonosari hanya memiliki dua orang laki-laki untuk mengurusi jenazah laki-laki sehingga wajar jika terkadang jenazah harus antre.

"Selama ini terus dibantu dari petugas customer service (CS) 2 perempuan kalau ada jenazah yang perempuan," kata Heru.

Namun ada tambahan 4 relawan laki-laki sehingga beban tim RSUD Wonosari sedikit terbantu. Terlebih mereka sudah tidak lagi menerima rukti jenazah pasien Covid-19 dari rumah sakit lain.

Heru mengungkapkan sampai 28 Februari 2021 lalu pihaknya masih menerima rujukan rukti jenazah dari RS lain. Namun sejak 1 Maret RS lain sudah mampu rukti jenazah sendiri. Kendati demikian, pihaknya sudah pernah mendapat rujukan dari RS lain karena petugas rukti RS lain tengah sakit.

Sementara Direktur RSUD Saptosari, dr Eko Darmawan mengatakan, saat ini tim rukti jenazah Covid-19 hanya ada dua orang. Dan jika nanti RSUD Saptosari dijadikan sebagai RS khusus Covid-19 maka penambahan personel tim rukti jenazah perlu ada penambahan.

"Perlu ada penambahan memang, terutama untuk petugas rukti perempuan," katanya.

Eko mengatakan, pihaknya butuh tambahan peralatan medis di samping juga memerlukan relokasi ruang jenazah ke tempat yang agak jauh dari akses lalu lalang.