Sukses

PPKM Darurat Sukses Tekan Angka Kasus Covid-19 dan BOR di Jabar

Tak hanya angka kematian, tingkat keterisian rumah sakit rujukan Covid-19 atau (bed occupancy rate/BOR) di Jabar per 20 Juli 2021 turun hingga angka 77,04 persen, sebelumnya puncak BOR di Jabar terjadi pada 4 Juli 2021 yang menyentuh 90,69 persen.

Liputan6.com, Bandung - Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat Covid-19 mulai menunjukkan hasil positif di Jawa Barat. Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengakui angka kematian Covid-19 (fatality rate) serta tingkat keterisian rumah sakit rujukan Covid-19 atau (bed occupancy rate/BOR) terus menunjukkan penurunan.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan pelaksanaan PPKM Darurat sejak 3 Juli 2021 lalu, dinilai sukses menekan mobilitas masyarakat dalam upaya mencegah penularan Covid-19.

"Angka kematian akibat Covid-19 di Jabar 1,41 persen. Puncaknya di 11 Juli ada 269 laporan, kemarin jadi 80-an dan dua hari lalu di angka 70-an,” dalam rilisnya, Rabu (21/7/2021).

Tak hanya angka kematian, tingkat keterisian rumah sakit rujukan COVID-19 atau (bed occupancy rate/BOR) di Jabar per 20 Juli 2021 jauh menurun hingga angka 77,04 persen, sebelumnya puncak BOR di Jabar terjadi pada 4 Juli 2021 yang menyentuh 90,69 persen.

"Laporan kemarin 77,04 persen atau turun 13 persen," kata dia.

Saat ini, ujar Emil panggilan akrabnya, angka BOR tertinggi berada di wilayah Bodebek (Bogor, Depok, Bekasi) yaitu di atas 80 persen. Sementara, di wilayah Priangan Timur, BOR rata-rata sudah di angka 50 persen. "Kami akan beri perhatian terhadap zona Bodebek," tutur Kang Emil.

Simak video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Tiga Jenis Penyakit Bawaan

Emil menyatakan, ada tiga jenis penyakit bawaan yang menjadi penyebab meninggalnya pasien Covid-19 di Jabar. Yakni hipertensi, diabetes, dan jantung. "Usianya 50 persen laki-laki dan 50 persen perempuan," kata dia.

Untuk menekan angka kematian akibat tiga penyakit bawaan tersebut, Emil meminta Kementerian Kesehatan meningkatkan pasokan obat. "Mohon dibantu oleh Kemenkes treatment atau obat-obatannya untuk tiga penyakit itu," kata dia.

Selain penyakit bawaan, tingginya angka kematian di Jabar akibat masih minimnya vaksinasi. Emil mencatat, Kota Bandung dan Kota Cirebon angka fatality-nya rendah karena vaksinasinya tinggi.

"Jadi kesimpulannya dengan vaksinasi yang maksimal ternyata tingkat kematiannya juga rendah di bawah 1 persen," kata dia.

Sementara di Kota Banjar, Kabupaten Karawang, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Tasikmalaya, dan Garut angka kematian akibat Covid-19 cukup tinggi, karena vaksinasinya terbilang rendah.

"Maka kami juga akan fokus meningkatkan vaksinasi di daerah itu," ujarnya.

Ia pun menyambut baik upaya Kementerian Kesehatan yang akan mengirim jutaan dosis vaksin untuk Jabar pada bulan depan. "Itu akan mengcover daerah yang rendah vaksinasinya,” ujar dia.

Walaupun secara umum di Jabar tingkat kematiannya sudah menurun, tetapi Emil tetap berupaya menekan angka kematian.

Saat ini, tercatat sudah 40.000 pasien isoman yang melakukan telekonsultasi. Ribuan obat gratis pun sudah disalurkan kepada mereka. "Mayoritas sudah bisa tertangani, apalagi didukung bantuan obat dari pusat," kata dia.

Sementara itu, mengenai kekurangan oksigen, sekitar 70 persen persediaan oksigen di Jabar disalurkan untuk rumah sakit dan 30 persen untuk yang isoman.

"70 persen oksigen kami alokasikan untuk rumah sakit dan 30 persen untuk yang isoman," tuturnya.

Menko bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengapresiasi penurunan angka kematian dan BOR. "Saya senang dengar kondisi membaik ini," kata Luhut yang juga koordinator PPKM ini.

Ia berharap, dalam lima hari mendatang atau tepatnya di akhir pemberlakuan PPKM Level 3 dan 4 banyak daerah Jabar yang masuk level 2. "Banyak daerah Jabar yang masuk level dua," kata dia.