Liputan6.com, Lembata - Gunung Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) kembali erupsi dan menyemburkan material pijar, Rabu dini hari (28/7/2021), pukul 00.24 Wita. Lontaran material pijar bahkan membakar kawasan hutan di bagian Selatan -Barat Daya gunung tersebut.
Kolom erupsi berwarna kelabu tebal, tinggi 1.000 meter di atas puncak, condong ke arah barat disertai dentuman kuat dan lontaran material pijar sejauh 700-800 meter ke arah selatan-barat daya. Kebakaran yang terjadi akibat lontaran material pijar itu sekitar 700 hingga 800 meter. Kebakaran saat ini terus meluas.
Advertisement
Baca Juga
Hasil pengamatan di Desa Waipukang, Kecamatan Ile Ape menyebutkan, erupsi disertai lontaran material pijar tercatat di seismogram dengan amplitudo maksimum 45 mm dan durasi 49 detik.
Kepala Pos Pemantau Gunung Ile Lewotolok, Stanislaus Arakian, kepada Liputan6.com, Rabu (28/7/2021) mengatakan, sampai pagi ini masih teramati lontaran yang membakar vegetasi di bagian selatan, yakni ke arah Desa Waipukang, tepatnya di depan pos pengamatan Gunung Ile Lewotolok.
"Karena tadi lontaran juga lumayan besar dan jauh," ungkapnya.
Sedangkan kebakaran ke arah Barat yakni ke arah Desa Riang Bao hingga Desa Amakaka.Kebakaran yang disebabkan lontaran lahar panas itu terus meluas, membakar vegetasi yang di lewati.
Simak Juga Video Pilihan Berikut:
Dilarang Mendekat Radius 3 Km
Stanislaus Arakian mengatakan, masyarakat di sekitar Gunung Ile Lewotolok maupun pengunjung, pendaki, wisatawan diimbau agar tidak melakukan aktivitas di dalam radius 3 km dari puncak kawah Gunung Ile Lewotolok.
Mengingat potensi bahaya abu vulkanik yang dapat mengakibatkan gangguan pernapasan (ISPA) maupun gangguan kesehatan lainnya maka masyarakat yang berada disekitar Gunung Ile Lewotolok agar menyiapkan masker penutup hidung dan mulut maupun perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit.
“Mengingat abu vulkanik hingga saat ini jatuh di beberapa sektor di sekeliling Gunung Ile Lewotolok maka masyarakat yang bermukim di sekitar aliran sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Ile Lewotolok agar mewaspadai ancaman lahar terutama disaat musim hujan,” sebutnya.
Advertisement
Waspada Hoaks
Lebih lanjut Stanislaus mengatakan, masyarakat dam semua pihak agar menjaga kondusivitas suasana di Pulau Lembata, tidak menyebarkan narasi bohong alias hoaks, dan tidak terpancing isu-isu tentang erupsi Gunung Ile Lewotolok yang tidak jelas sumbernya.
Untuk diketahui pascaerupsi dahsyat, Desember 2020, aktivitas vulkanik gunung Ile Lewotolok seolah tak berhenti erupsi disertai suara gemuruh. Aktivitas vulkanis tersebut juga menimbulkan tembusan pada lebih dari tiga titik di bagian badan Gunung Ile Lewotolok.
Tembusan tersebut menurut pengakuan warga, terlihat mengeluarkan api ketika terjadi erupsi di puncak gunung. Sejak 29 November 2020, gunung berapi Ile Lewotolok berstatus Siaga atau level tiga.