Sukses

Bank Indonesia 'Putar Otak' Pulihkan Ekonomi Bali

Berbagai langkah dan upaya dilakukan oleh Bank Indonesia untuk pemulihan ekonomi, khususnya di Bali.

Liputan6.com, Denpasar - Upaya Bank Indonesia Bali dalam mendukung pemulihan ekonomi Bali yang terdampak pandemi Covid-19 terus dilakukan, salah satunya dengan pembelian SBN di pasar perdana sebesar Rp124,13 triliun, melalui lelang utama sebesar Rp48,67 triliun dan Rp75,46 triliun melalui mekanisme Greenshoe opition (GSO) atau penjatahan lebih.

Kepala perwakilan wilayah Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho mengatakan upaya lain BI untuk pemulihan ekonomi adalah penambahan likuiditas di perbankan (quantitative easing) sebesar Rp101,10 triliun. 

"Upaya untuk membantu pemulihan ekonomi Bali, Bank Indonesia terus mempercepat digitalisasi sistem pembayaran untuk kemudahan transaksi digital," kata Trisno dalam acara Obrolan santai BI bareng Awak Media (Osbim) secara daring, Rabu (28/7/2021).

Ia menyebut di samping kebijakan suku bunga, BI juga mengambil langkah lainnya. Pertama, melanjutkan kebijakan nilai tukar rupiah untuk menjaga stabilitas nilai tukar yang sejalan dengan fundamental dan mekanisme pasar.

"Kedua, melanjutkan penguatan strategi operasi moneter untuk memperkuat kebijakan moneter akomodatif," dia menambahkan.

 

Simak video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Percepat Sistem Pembayaran Online

Ketiga, Trisno melanjutkan, mendorong intermediasi melalui penguatan kebijakan transparansi suku bunga dasar kredit dengan penekanan perkembangan premi risiko dan dampak penetapan suku bunga kredit baru di berbagai segmen kredit. 

"Keempat, memperkuat ekosistem penyelenggaraan sistem pembayaran melalui implementasi PBI PJP/PIP. Hal itu untuk efisiensi proses perizinan dan untuk mendorong sistem pembayaran," tutur dia.

Kelima, percepatan sistem dalam mendukung sistem pembayaran secara online. Keenam, Trisno melanjutkan, mendukung ekspor melalui perpanjangan batas waktu pengajuan pembebasan sanksi penangguhan ekspor (SPE) untuk pemanfaatan peningkatan permintaan negara mitra dagang dan kenaikan harga komoditas dunia. 

Sementara itu, Trisno menyebut poin ketujuh, menjadi fasilitator penyelenggaraan promosi perdagangan dan investasi untuk melanjutkan sosialisasi penggunaan Local Currency Settlement (LCS) bekerja sama dengan instansi terkait.

"Bulan Juli dan Agustus akan diselenggarakan promosi investasi dan perdagangan di Jepang, Amerika Serikat, Swedia, dan Singapura," Trisno menandaskan.