Sukses

Keuangan Kritis Karena Perpanjangan PPKM, Pedagang dan Pemilik Kafe di Kota Cilegon 'Masak Batu'

Mereka mengeluh tidak ada kebijakan pemerintah yang berpihak ke pedagang dan pemilik kafe yang bisa dirasakan. Begitu pun solusi agar ekonomi mereka dan karyawannya tak terus terimpit.

Liputan6.com, Cilegon - Tungku sederhana dari batu bata disusun, kemudian kenceng diberi air dan batu dimasukkan untuk direbus. Hal itu dilakukan perwakilan pedagang dan pemiliki kafe di Kota Cilegon, Banten, sebagai simbol kritisnya dapur mereka selama PPKM Darurat yang sudah berlangsung sejak 3 Juli dan diperpanjang dua kali, hingga 9 Agustus 2021.

Mereka mengeluh tidak ada kebijakan pemerintah yang berpihak ke pedagang dan kafe (4622174 "") yang bisa dirasakan. Begitu pun solusi agar ekonomi mereka dan karyawannya tak terus terimpit. Baca JugaPPKM Diperpanjang, Kafe di Cilegon Rugi Puluhan Juta dan Kibarkan Plastik Putih Tanda Menyerah75 Persen Warteg Terancam Bangkrut, Pedagang: Kami Bisa Kibarkan Bendera PutihJokowi Perpanjang PPKM Level 4 dengan Tetap Pertimbangkan Ancaman Ekonomi "Bentuk kita tidak bisa masak apa-apa lagi di rumah karena kebijakan pemerintah. PPKM tidak berpihak kepada kami, pedagang, karena sudah tidak ada jalan keluar. Mungkin cuma ini yang bisa kita gunakan," kata Irfan Hidayat, perwakilan pedagang, ditemui di depan Caldera Cafe, Kecamatan Cibeber, [Kota Cilegon, Banten, Selasa (03/08/2021).

Selain merebus batu, perwakilan pedagang dan pemilik kafe ini mengenakan pakaian serba hitam, sebagai tanda matinya bisnis mereka. Kemudian ada bentangan kain putih yang menandakan mereka sudah menyerah dengan berbagai keputusan pemerintah yang terus memperpanjang PPKM Darurat hingga 09 Agustus 2021.

"Pendapatan kita cuma Rp30 ribuan sehari. Menurut kami, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia pada Pancasila, sudah tidak lagi kami rasakan. Kita berduka, tidak ada yang memperhatikan," terangnya.

Simak video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Butuh Solusi

Meski ada bantuan yang diberikan, baik sembako maupun Bantuan Sosial Tunai (BST), tidak mampu membuat pedagang dan pemilik kafe bertahan menghadapi pandemi Covid-19 dan badai ekonomi.

Mereka berharap pemerintah pusat peka terhadap jeritan pedagang kecil dan masyarakat lapisan bawah yang hidupnya makin terimpit. Pelaku usaha kecil, terutama kafe berharap ada solusi agar usaha mereka tetap berjalan dan tidak gulung tikar.

"Tolong lah, pemerintah peka terhadap pedagang di lapangan, apapun redaksinya nanti tidak ada solusi buat kita. Kita coba berdikari, tapi dibatasi, coba cari solusi bukan menutup. Banyak teman-teman pengusaha yang tutup, gulung tikar," ujarnya.