Sukses

Meneladani Kecintaan Bung Hatta kepada Buku

Kecintaan Bung Hatta kepada buku perlu menjadi teladan bagi masyarakat saat ini, terutama generasi muda.

Liputan6.com, Jakarta - Kecintaan Bung Hatta kepada buku perlu menjadi teladan bagi masyarakat saat ini, terutama generasi muda. Kecintaannya kepada buku terlihat dari pemikirannya yang mengatakan, 'dengan buku aku bebas'. Kemana pun pergi, Bung Hatta selalu membawa buku, bahkan saat mempersunting wanita pujaan hatinya, sang Proklamator memberikan buku sebagai mas kawin. Bisa dikatakan, perjuangan Bung Hatta didukung ilmu pengetahuan yang didapatnya dari membaca.

Dalam diskusi bertajuk 'Internalisasi Pemikiran Bung Hatta' yang mengangkat tema 'Dengan Literasi Membangun Negeri', Kamis (12/8/2021), Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI Muhammad Syarif Bando mengatakan, internalisasi pemikiran Bung Hatta harus diterapkan oleh masyarakat. Dia berharap generasi muda Indonesia bisa meniru nasionalisme para pejuang kemerdekaan yang berjuang untuk bangsa, namun tetap mencintai buku.

"Sebagaimana kita tahu, ketika Bung Hatta kembali dari Belanda, beliau membawa kurang lebih 14 peti buku ukuran 1 x 1 meter, tingginya 1 meter. Tentu saja ini adalah bagian dari kecintaan Bung Hatta kepada buku," katanya.

Dalam diskusi daring yang digelar UPT Perpustakaan Proklamator Bung Hatta Bukitinggi dalam rangka memperingati Hari Lahir Bung Hatta, 12 Agustus, itu Syarif Bando juga berpesan, anak muda perlu mencontoh pemimpin bangsa, yang tidak sibuk mengumpulkan harta dan persenjataan, tapi juga sibuk membaca buku yang terbit di dalam maupun luar negeri.

"Semua orang harus tahu betapa tulus hati para pejuang-pejuang kita terdahulu," ujarnya.

Pada masa lampau, pejuang harus menghadapi banyak tantangan, baik fisik, mental, bahkan jiwa untuk meraih kemerdekaan. Namun kini, menurut Syarif, tantangan yang dihadapi bangsa sudah berubah. Persaingan global dalam menghasilkan barang dan jasa yang berkualitas, harus dipenuhi. Ini merupakan parameter dari capaian tertinggi tingkatan literasi.

"Kita tidak bisa menafikkan banyak capaian selama 76 tahun kemerdekaan, tetapi tantangan kita adalah menanamkan rasa nasionalisme, perjuangan terhadap generasi milenial, yang tidak pernah menghadapi tantangan fisik. Mereka menghadapi tantangan global, sejatinya pertarungan global saat ini adalah tingkat kemampuan indeks literasi," ujarnya.

Syarif menegaskan, membaca buku menjadi aktivitas manusia modern yang sangat penting. Perpustakaan harus bisa menjadi tempat untuk masyarakat dalam mendapatkan ilmu pengetahuan dan informasi.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Simak juga video pilihan berikut ini:

2 dari 3 halaman

Kecintaan Bung Hatta kepada Buku

Sementara itu, Wali Kota Bukittinggi Erman Safar menjelaskan, pihaknya tengah menyiapkan Bukittinggi Kota Bung Hatta. Upaya branding kota dan sejumlah kegiatan disusun untuk mendukung hal ini. Sejumlah aspek dikaji, terutama di dunia pendidikan, agar peserta didik gemar membaca dan mahasiswa mempunyai pemikiran kritis terhadap isu nasional, tidak hanya kedaerahan.

"Saya install ulang semua, kita semua mengambil ide-ide dari Bung Hatta," sebut wali kota berusia 34 tahun itu.

Halida Hatta, yang hadir dalam diskusi juga mengungkapkan, Bung Hatta menerapkan kecintaan atas buku kepada keluarganya. Setiap pekan, Halida Hatta dan dua kakaknya selalu diberi buku dan dibacakan buku. Bahkan Bung Hatta terkadang membaca buku dalam bahasa Belanda dan diterjemahkan langsung ke Bahasa Indonesia.

"Jadi membaca itu juga memerlukan mencerna, nah ketika ingin mencerna seperti apa, kami bertanya kepada ayah dan ibu, sehingga komunikasi dalam keluarga terjalin. Dan ketika membaca imajinasi kami semakin berkembang," ungkap putri ketiga Bung Hatta tersebut.

Membangun kegemaran membaca di generasi muda bisa dilakukan melalui keluarga dan sekolah. Dia mengajak orangtua dan guru agar kreatif dalam membangun kecintaan buku kepada anak, sejak dini. Anak distimulasi untuk menggambar, kemudian diminta untuk menceritakan gambar tersebut dan menulisnya.

"Jadi bermain dan berimajinasi dengan buku," tambahnya.

 

3 dari 3 halaman

Bung Hatta di Mata Gola Gong

Duta Baca Indonesia Gol A Gong menilai minat baca masyarakat Indonesia tidak seburuk yang sering disebut dalam survei internasional. Sang Proklamator memberikan keteladanan betapa kecintaan kepada buku membawanya kepada kesuksesan. Bahkan menurutnya, Bung Hatta berhasil menancapkan tonggak sejarah literasi bangsa melalui pemberian mas kawin berupa buku.

"Bung Hatta menginspirasi banyak orang, ini semacam tonggak bahwa literasi di Indonesia tidak seburuk yang mereka sangkakan. Karena founding fathers sudah mencontohkan, bagaimana mereka menegakkan tonggak literasi," sebutnya.

Dia mengusulkan agar perayaan Hari Lahir Bung Hatta dilakukan dengan pendekatan kekinian, agar bisa menyentuh generasi Z. "Literasi di Indonesia hanya perlu bergaya sedikit, bagaimana masa lalu dan masa kini dikolaborasikan," pungkasnya.