Liputan6.com, Gorontalo - Selama puluhan tahun, pasangan suami istri (Pasutri) asal Desa Petapa, Kecamatan Parigi Tengah, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah (Sulteng), merawat tiga anak mereka yang sejak lahir, menyandang [disabilitas](disabilitas "").
Pasutri itu ialah Rahman Abdul Gani Yona dan Zulfidar Maroe. Diketahui keduanya dikaruniai 4 orang anak. Namun, 3 diantaranya mengalami gangguan fisik dan mental.
Advertisement
Baca Juga
Hal ini membuat 3 anak mereka tidak bisa beraktivitas normal seperti anak-anak pada umumnya. Rahman dan Zulfidar, harus bersabar menerima kenyataan pahit tersebut, tak putus asa, keduanya tetap berupaya merawat dan menafkahi anak itu.
Rahman bekerja sebagai petani. Akan tetapi di usianya yang sudah tak lagi muda, ia tidak tahu harus bagaimana lagi untuk menghidupi anaknya yang menyandang disabilitas. Begitu juga dengan istrinya, selain sudah tua, juga tak punya pekerjaan tetap.
“Sekarang sudah tidak mampu lagi saya berkebun nak, fisik saya sudah kalah. Kalau dulu, saya juga jadi tukang bangunan,”tutur Rahman.
Mereka kini tinggal di rumah yang reyot dan nyaris roboh akibat terdampak dengan dahsyatnya gempa bumi dan tsunami yang melanda Kota Palu dan sekitarnya pada 28 September 2018 silam.
“Rumah kami nyaris roboh dengan adanya peristiwa gempa dan tsunami,” ujarnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Soal Bantuan Pemerintah
Disinggung terkait bantuan Pemerintah, ibu 4 anak tersebut mengaku pernah mendapatkan bantuan dari Dinas Sosial Kabupaten Parigi Moutong. Namun, untuk saat ini tak ada lagi.
“Pernah ada, usai kejadian bencana, kini sudah tidak ada lagi sampai sekarang,” katanya.
Senada dikatakan Zulfidar, mereka biasanya juga didatangi oleh para relawan yang merasa terpanggil dan peduli dengan kondisi mereka. Mereka pun mendapatkan bantuan dari para relawan tersebut, berupa uang, beras, dan pula kebutuhan pokok lainnya.
“Ada dari relawan ACT dan juga Alkhairaat yang sudah menyambangi kami di sini,” imbuhnya.
Ia bercerita, bagaimana rasanya selama 39 Tahun merawat anak penyandang disabilitas. Menurutnya, hanya orang-orang kuat yang mampu melewati apa yang mereka sudah alami saat ini.
“Anak saya ada empat. Anak pertama normal. Anak kedua, ketiga dan yang terakhir ini ada keterbatasan [disabilitas]. Anak kedua umur 39 Tahun, kelahiran 1987," kata Zulfidar .
"Ketiga kelahiran Tahun 1990, dan yang keempat ini lahir pada Tahun 1995. Berarti sudah 39 Tahun kalau dihitung dari anak pertama. Alhamdulillah masih Tuhan kasih kekuatan,”pungkas Zulfidar.
Advertisement