Liputan6.com, Labuan Bajo - Puncak Waringin, salah satu tempat tertinggi di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), telah bersolek. Kota pesisir di timur Pulau Flores itu disulap menjadi kawasan wisata superprioritas. Sejumlah infrastruktur penunjang pariwisata pun dibangun.Â
Penataan kawasan Puncak Waringin Labuan Bajo Pemerintah Pusat di Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) sudah dimulai sejak 2019. Puncak Waringin saat ini menjadi ruang terbuka yang sangat nyaman dan aman untuk menikmati sajian panorama keindahan kota.
Advertisement
Baca Juga
Berada di tengah Kota Labuan Banjo, hanya 15 menit dari Bandara Komodo maupun dari Pelabuhan Laut, menjadikan lokasi wisata Puncak Waringin menjadi tempat yang strategis untuk berwisata, apalagi sudah dilengkapi penginapan sekelas hotel.
Berada pada ketinggian sekitar 54 meter di atas permukaan laut, Puncak Waringin menjadi satu dari 30 destinasi dan desa wisata yang ada di Flores, Lembata, Alor, Bima (Floratama) yang masuk kedalam travel map Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF).
Â
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Area Gardu Pandang
Area Gardu Pandang menjadi tempat di Puncak Waringin yang selalu ramai saat sore hari menjelang malam. Tempat ini merupakan salah satu spot terbaik untuk melihat pemandangan matahari terbenam.
Dari titik ini juga, lanskap Kota Labuan Bajo terlihat sangat menakjubkan. Puncak Waringin kini menjadi ruang interaksi warga. Sepanjang area tersebut bagian tepinya dipasang pagar pembatas dan tempat duduk untuk bersantai.
Pada sisi depan yang berbatasan langsung dengan jalan raya, ditanam pohon palem secara berjarak diselingi dengan tiang lampu jalan dengan bentuk yang sangat artistik.
Pelabuhan laut dan segala aktivitasnya tampak jelas dari tempat ini. Sejauh mata memandang, kapal-kapal bersandar dan berlabuh disekitar dermaga, pulau-pulau dengan topografi perbukitan menjulang dibawah langit biru yang cerah sungguh memanjakan mata.
Pada bagian depannya terdapat pemukiman warga yang mendiami wilayah pesisir. Hamparan pepohonan hijau seolah menjadi bingkai pandang pada sisi kiri dan kanan.
Bersebelahan dengan area gardu pandang Puncak Waringin, terdapat sebuah bangunan gedung utama dengan arsitektur bergaya rumah adat Manggarai.
Bangunan dengan atap berbentuk kerucut ini juga dilengkapi dengan viewing deck untuk melihat pemandangan. Kawasan ini ditata sedemikian rupa dengan penambahan beberapa bangunan, termasuk juga toilet, musala, pos jaga dan ruang genset. Untuk area luarnya dibuatkan taman, amphiteater, area parkir dan jalan setapak.
Â
Advertisement
Creative Hub
Bangunan beratap kerucut itu rencananya akan difungsikan sebagai Creative Hub, wadah bagi para stakeholder pariwisata untuk saling berkolaborasi. Tempat ini juga akan menjadi pusat cinderamata, sentra tenun ikat, lounge, pusat souvenir, dan lain sebagainya.Â
Eka, salah seorang warga Labuan Bajo Liputan6.com, Minggu (15/8/2021) mengakui, pemandangan matahari terbenam di Puncak Waringin menjadi salah satu yang terbaik di Indonesia.
"Sekarang sudah rapi. Dulu sebelum ditata kondisi Puncak Waringin ini agak berbahaya. Dulu hanya ada besi pembatan jalan. Tempat ini juga beberapa kali longsor, sekarang sudah aman," katanya.
Dirinya berharap, pengunjung tetap menjaga kebersihan dan merawat fasilitas pariwisata yang sudah dibangun. Agar semua orang yang datang merasa nyaman saat berwisata.Â
"Sekarang kalau pagi-pagi, kita bisa liat orang habis jogging atau main sepeda, hampir sering mereka berakhir di tempat ini sebelum pulang ke rumah. Singgah beristirahat sambil liat pemandangan. Biasa juga anak-anak muda main skateboard di situ karena areanya panjang dan lebih lebar," ujarnya
Â