Sukses

Usung Karya Bersama NASA, NFT Pertama Venzha Christ Laris Manis di Hari Kemerdekaan

Venzha Christ meluncurkan Non-Fungible Token (NFT) pertama pada 12 Agustus 2021 di portal Hicetnunc.

Liputan6.com, Yogyakarta- Venzha Christ meluncurkan Non-Fungible Token (NFT) pertama pada 12 Agustus 2021 di portal Hicetnunc. NFT pertama Venzha Christ, seniman di bidang art space, ini merupakan karya bersama lembaga antariksa Amerika, NASA, yang diberi judul humanradio_NASAproject#01.

Karya NFT pertama Venzha Christ ini bergabung dalam ide dari Metarupa untuk memperingati HUT ke-76 Republik Indonesia ke 76 melalui #HENonesia. Karya ini dibuat dalam 76 edisi sesuai dengan tahun kemerdekaan Indonesia. Harga per buah dibanderol 1,7845 tez yang merepresentasikan tanggal kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.

Sejak dua hari diluncurkan, NFT pertama Venzha Christ ini sudah terjual lebih dari 75 persen.

Venzha Christ menampilkan sebuah blueprint 3D animasi dari karya live performance yang dibuatnya pada 2017. Pada waktu itu karya ini menjadi bagian dalam sebuah perhelatan pameran bersama NASA di ArtScience Museum yang dimulai sejak 2016. Karya dalam pameran bersama NASA ini dibangun oleh v.u.f.o.c lab dan diusung oleh Indonesia Space Science Society (ISSS) dan sempat dipamerkan selama empat bulan.

Karya live performance ini sebenarnya adalah salah satu rangkaian dari sebuah pameran besar NASA yang mengundang Venzha Christ sebagai satu-satunya seniman yang berkolaborasi dan untuk pameran besar ini. Venzha Christ membangun dan menampilkan karya berupa instalasi DIY Radio Astronomy beserta dengan visualisasi frekuensi yang bisa dilihat dan diperdengarkan.

Judul asli karya ini adalah Listening For The Dark. Bentuknya berupa antena besar yang dihubungkan dengan tubuh manusia sebagai medium sensornya. Antena ini berfungsi menangkap frekuensi dari luar Planet Bumi yang diperdengarkan secara live sebagai sebuah komposisi musik eksperimental.

Peluncuran NFT pertama Venzha Christ ini juga dirayakan melalui aplikasi Clubhouse yang diadakan pada Jumat, 13 Agustus 2021 dengan judul Venzha Christ HENesis NFT Drop Party. Perhelatan selebrasi ini berupa presentasi dan diskusi terbuka tentang karya pertama dari seorang Venzha Christ yang dikenal sebagai seniman yang sangat dekat dengan dunia space science dan space exploration. Acara yang dipandu oleh Dettytoski, Irvin Domi, Sudjud Dartanto, dan Indonesia Art Network (IAN) ini berlangsung sangat menarik dengan berbagai pertanyaan serta perbincangan seputar ekosistem NFT.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Berburu NFT

NFT adalah aset kripto di jaringan blockchain yang memiliki kode identifikasi serta metadata yang unik dan berbeda satu sama lain. Token-token ini disebut non-fungible karena tidak memiliki karakteristik fungible yang terdapat di aset kripto pada umumnya.

Fungible berarti nilai suatu aset kripto bisa tergantikan dengan benda lain yang memiliki satuan serupa. Dengan adanya NFT ini, sebuah karya digital bisa dipastikan keasliannya meski duplikatnya bisa dilihat dan banyak bertebaran di dunia maya. Aset-aset tersebut dengan NFT akan tercatat dalam blockchain, yaitu semacam lemari catatan digital yang berfungsi sebagai jaringan (network) yang mendukung aset kripto seperti Tezos, Ethereum, Bitcoin, atau lainnya. Lalu, muncul lah istilah NFTart yang segera popular di kalangan seniman, pegiat, dan pencinta seni. 

"Saat ini pelaku dan komunitas NFT di Indonesia sudah lumayan banyak dan perkembangannya juga sangat cepat, sebut saja beberapa pegiat dan pelakunya seperti Metarupa, Zenavi, Ruanth Chrisley, Diela Maharanie, Sangaji Aristo, Arya Mularama, Rimbawan Gerilya, Jeffri Honesta, Hari Prast, Arnold Poernomo, Ykha Amelz, Lafrich, dan masih banyak lagi lainnya," ujar Venzha Christ, Selasa (17/8/2021).

Ada juga komunitas bernama IDNFT Family, yaitu forum terbuka yg berisikan seniman-seniman NFT Indonesia yang ingin memulai dan membangun semangat kolaboratif antar pegiat dan pelaku NFT.

Para kolektor yang siap berburu dan sering menyikat karya-karya yang tampil dalam ekosistem ini juga sudah sangat banyak bertebaran di dunia maya. Rencananya, Venzha Christ juga menampilkan (dengan istilah me-minting) berbagai blueprint dari karya-karya yang pernah dibuatnya dan memang belum pernah dipublikasikan sebelumnya.

Karya-karya Venzha Christ yang berbasis riset dalam ranah space science dan space exploration ini adalah hasil kerja sama dan kolaborasi dengan berbagai lembaga, institusi maupun universitas dari berbagai negara. Tercatat sudah lebih dari 40 institusi yang sudah menjalin hubungan dan bahkan juga berkolaborasi, antara lain, NASA, Mars Society, JAXA, SpaceX, CERN - LHC, ESA, SETI, LAM, IRAM, CEOU, ELSI, CNES, dan SCASS.

 

 

Â