Liputan6.com, Padang - Pandemi Covid-19 yang melanda dunia, tak terkecuali di Indonesia, membuat aktivitas lebih banyak dilakukan di rumah. Banyak orang lantas mencari kegiatan yang bermanfaat.
Belajar Bahasa Inggris salah satunya. Belajar melalui aplikasi video conference menjadi salah satu pilihan taktis. Belajar sekaligus bisa berinteraksi dengan orang lain meski virtual.
Maula Nikma, seorang pengajar Bahasa Inggris di Indonesia dengan dua sertifikasi internasional, menjawab tren itu. Ia membuka kelas online ketika pandemi masih belum kunjung tampak ekornya ini.
Advertisement
Ketika Covid-19 mulai menghambat aktivitas masyarakat untuk berada di luar rumah, Maula berpikir apa yang bisa ia lakukan untuk membantu sesama.
Baca Juga
"Teman-teman saya yang juga di bidang pendidikan ada yang bikin website, atau produk untuk belajar," katanya kepada Liputan6.com, Rabu (18/8/2021).
Akhirnya, ia membuat kelas kursus Bahasa Inggris online melalui Zoom. Ternyata peminatnya banyak.
Sejak dulu programnya yang bertajuk 'English Mastery with Maula Nikma' memang jadi favorit. Mr. Maula, panggilan akrab dari siswanya sejak 2004, punya gaya mengajar yang santai, membuat siswanya tak bosan.Â
Soal biaya kursus, kali ini Maula tak mematok harga yang sama seperti sebelum pandemi. Tiap peserta yang ingin ikut kelasnya cukup membayar Rp200 ribu untuk 30 kali pertemuan dan Rp300 ribu untuk 60 kali pertemuan. Padahal sebelum pandemi, biayanya mencapai Rp1,7 juta.
"Sebelum pandemi itu biasanya program kursus Bahasa Inggris saya sudah dibuat dalam bentuk video, lalu dijual dan orang belajarnya secara mandiri," jelas pria yang berdomisili di Aceh itu.
Â
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Peserta dari Aceh sampai Eropa
Tapi saat pandemi begini, ia memangkas harga tersebut dengan 'brutal'. Niatnya agar orang-orang bisa belajar Bahasa Inggris tanpa memusingkan biaya yang cukup tinggi.
"Iya kan banyak yang bosan di rumah aja, bahkan ada yang komen ke saya, dari pada nonton drama korea lebih baik ikut kelas ini," ujarnya.
Kelas online ini dilangsungkan tiga kali dalam satu minggu via Zoom. Pesertanya kebanyakan sudah dewasa.
"Waktunya sebenarnya dibatasi satu jam, tapi kalau masih pada ngobrol, dan tanya-tanya bebas saja saya ikut sampai berapa sanggup," katanya.
Selain dari Aceh sampai Papua, peserta kursus Maula juga tersebar di penjuru dunia seperti Tenaga Kerja Indonesia yang berada di Malaysia, Singapura, Hongkong, Jerman, Uni Emirate Arab hingga Eropa.
"Seru sih sejauh ini," kata pria lulusan Pasca Sarjana UIN Banda Aceh ini. "Jika sambutannya masih bagus seperti sekarang, bukan tak mungkin kelas seperti ini bisa dilanjutkan."
Â
Advertisement
Pesan Maula Nikma
Dari pengamatan Liputan6.com saat mencoba ikut kelas, proses belajarnya berjalan asyik. Maula memberi tips dan peta belajar Bahasa Inggris. Selebihnya berbincang santai layaknya ngobrol di warung kopi, tentu kebanyakan dalam Bahasa Inggris dan ada materi spesifik yang dibahas.
Peserta mengikuti dengan antusias dan tak ragu bertanya jika ada yang perlu diperjelas. Peserta dibagi dalam dua tingkatan yakni basic dan intermediate.
"Sebenarnya ikut semua level juga tidak apa-apa, hanya takutnya yang masih pemula banget jadi malah minder dan takut kalau ikut level di atasnya, jadi malah tidak mau belajar lagi," kata Maula.
Maula memang tak hanya berperan sebagai mentor, namun juga motivator. Ia selalu menyuntik semangat peserta untuk belajar intensif sendiri sesering mungkin dengan tips dan bekal yang diperoleh di kelas.
Pada akhirnya, Maula berpesan, sukses tidaknya seseorang belajar Bahasa Inggris, juga bahasa lain, tergantung semangat dan tekad siswa untuk belajar keras. Hanya dengan belajar saat di kelas tidak cukup membuat siswa jadi cakap.
"It is about you, sering-sering berlatih sendiri, sekarang sangat memungkinkan karena banyak fasilitas dan sarana belajar."