Sukses

Mahasiswa UGM Sulap Limbah Sarung Tangan Tenaga Medis Jadi Bahan Bakar Diesel  

Tumpukan sarung tangan lateks bekas tenaga medis menjadi persoalan baru di tengah pandemi Covid-19.

Liputan6.com, Yogyakarta - Tumpukan sarung tangan lateks bekas tenaga medis menjadi persoalan baru di tengah pandemi. Beruntung, Mandrea Nora dari Tim Program Kreativitas Mahasiswa - Riset Eksakta (PKM-RE) FMIPA UGM, berhasil mengolah limbah sarung tangan lateks menjadi bahan bakar diesel.

"Kami menemukan bahwa sarung tangan lateks memiliki komposisi kimia utama yaitu polimer Poliisoprena. Di mana poliisoprena ini apabila dipirolisi nantinya akan menghasilkan senyawa hidrokarbon berupa Limonene. Limonen merupakan senyawa hidrokarbon dengan fraksi C10 yang memiliki potensi tinggi untuk diterapkan sebagai bahan bakar diesel," katanya, Senin (23//8/2021).

Mandrea Nora mengatakan, dia timnya antara lain Aditya Yuan Pramudyansyah, Rangga Indra Riwansyah dan Nanda Tasqia Amaranti berawal dari kawan diskusi. Perbincangan kemudian membawa mereka pada permasalahan limbah medis akibat pandemi Covid-19. Setelah diskusi dan membaca beberapa literatur, akhirnya terbersit ide tersebut untuk mengajukan proposal PKM RE. 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Simak juga video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Proses Pengolahan

Proses pengolahan limbah sarung tangan lateks menjadi bahan bakar ini dilakukan dengan metode pirolisis. Pirolisis sarung tangan lateks dilakukan pada suhu 350 derajat celcius selama 3 jam sehingga nantinya didapatkan minyak hasil pirolisis. 

"Selanjutnya minyak hasil pirolisis dilakukan pemurnian melalui proses Hydrocracking  sehingga didapatkan bahan bakar diesel," ungkapnya.

Untuk memastikan apakah bahan bakar yang kami hasilkan tergolong ke dalam fraksi bahan bakar diesel. Maka perlu identifikasi senyawa dengan metode Kromatografi Gas - Spektroskopi Gas serta melakukan uji fisikokimia terhadap bahan bakar yang dihasilkan. 

"Hasil pengujian kemudian dibandingkan dengan hasil uji pada bahan bakar diesel yang ada di pasaran," kata Nora.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.