Liputan6.com, Garut - Bagi anak milenial yang masih bingung menentukan masa depan, tak ada salahya menekuti profesi bertani bibit tanaman, seperti yang dilakukan Asep Nunu, 56 tahun, asal Kecamatan Pasirwangi, Garut, Jawa Barat.
‘Asep Bibit’ memang sejak lama dikenal sebagai salah satu penghasil bibit tanaman sayuran terbesar di Garut saat ini.
“Ada sekitar tiga juta tanaman yang biasa kami jual setiap tahunnya,” kata dia, dalam obrolan hangatnya dengan Liputan6.com, beberapa waktu lalu.
Advertisement
Menurut Asep, profesi bertani bibit sayuran memang menjanjikan, selain tidak menghabiskan area lahan yang cukup luas. Kebutuhan petani terhadap bibit sayuran pun tak pernah padam.
“Kalau sayuran istilahnya hampir sama dengan Sembako (kebutuhan pokok), pasti ada saja petani yang membutuhkan bibit untuk bertani,” kata dia.
Baca Juga
Tak mengherankan meskipun luasan lahan yang ia gunakan saat ini tidaklah luas, ratusan ribu hingga jutawan bibit tanaman sayuran, mampu ia hasilkan untuk menyuplai kebutuhan petani kota ‘Pangirutan’ Garut tersebut.
“Ada sekitar 10 bibit tanaman sayuran yang kami tanam saat ini,” ujarnya.
Asep mengenang, rintisan menjadi petani sukses di sektor pembibitan tanaman memang tidak mudah. Namun semua itu terbayar lunas, seiring kesuksesan menjual jutaan bibit sayuran tersebut.
“Dulu saya mengawali semuanya dikerjakan berdua bersama bu haji (istrinya),” ujar dia sambil menoleh istrinya yang tengah membetulkan peralatan pertanian.
Mengawali karir dari bawah sebagai sopir pengangkut hasil pertanian ke Pasar Induk Kramat Jati Jakarta, serta beberapa pasar besar di Jabodetabek, Asep menilai potensi pertanian cukup menjanjikan.
Namun ketiadaan modal serta lahan yang akan digunakan untuk bertani, mendesaknya berfikir ulang mencoba produk lain di sektor pertanian, terutama dengan luasan lahan yang tidak terlalu besar.
“Bertani bibit tanaman sayuran itu tanah lima tumbak (70 meter persegi) pun bisa,” kata dia.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Rintisan Awal
Tekad pun akhirnya diteguhkan dengan memulai menanam bibit tanaman kol di area lahan milik keluargnya. “Sebagian milik mertua sebagian lagi milik kakak ipar,” kata dia.
Gayung bersambut, hasil penanaman perdana pun cukup memuaskan dengan raihan 120 ribu bibit tanaman kol ukuran 1 sentimeter, dari sekitar 2 ons bibit yang ditanam.
“Ada sekitar Rp20 ribu keuntungan pertama yang berhasil dinikmati, yang menjadi semangat saya selanjutnya,” ujar dia mengenang saat pertama panen 1990-an silam.
Lambat laun usahanya pun terus berkembang. Usaha kerja kerasnya, serta dukungan keluarga, terutama anak-istri dan orang tua, mampu meleburkan batu rintangan yang menghadang.
“Memang prihatin terlebih pengetahuan saya dalam pembibitan diperoleh secara autodidak (belajar sendiri),” kata dia.
Seiring semakin besarnya produksinya bibit tanaman yang Asep hasilkan, tingkat kesejahteraan pun terus tumbuh berkembang. Selain memiliki belasan pegawai tetap di area tanam, Iuasan lahan garapannya pun terus bertambah, seiring bertambahnya kebutuhan pasar.
“Selain diserap petani lokal, produk bibit sayuran kami kadang dikirim ke Bogor, Majalengka, Sumedang, termasuk Tasik yang cukup dekat dengan Garut,” kata dia.
Advertisement
Laboratorium Lapangan
Asep menyatakan, selain menghasilkan jutaan bibit tanaman sayuran, area lahan tanam yang ia gunakan saat ini kerap digunakan sebagai laboratorium lapangan para pelajar, termasuk mahasiswa pertanian yang ingin belajar di sana.
“Ada dari kampus lokal, termasuk kampus nasional pernah belajar di sini,” ujar dia tanpa merinci nama kampus dan institusi yang pernah mendapatkan bimbingannya.
Saat ini ada sedikitnya 10 jenis bibit tanaman sayuran yang berhasil dikembangkan, sebut saja kol, burkol, ragam jenis bibit tanaman cabai mulai kriting, cabai inul atau rawit, terong, tomat dan lainnya. “Kadang satu tanaman ada beberapa jenis,” kata dia.
Sementara soal harga beragam sesuai dengan jenis bibit tanaman yang dijual, mulai Rp90-100 per batang untuk tanaman kol, kemudian Rp230-250 per biji untuk jenis bibit tanaman cabai, sementara untuk brokoli dijual Rp 150-180 per bibit, sementara untuk jenis tomat berkisar antara Rp200-260 per bibit tanaman siap tanam.
“Biasanya hambatan utama bibit tanaman karena insek dan pungisida, jamur serta patogen lainnya,” kata dia mengingatkan hama yang sering menyerang bibit tanaman sayurannya.
Bagi Asep Bibit, selain menghasilkan cuan rupiah yang terbilang besar, kesuksesannya dalam budidaya bibit tanaman sayuran, diharapkan mampu menginspirasi yang lain termasuk generasi milenial untuk bertani.
“Mohon maaf, jika dibanding dengan PNS, mendingan mencoba bertani, insya allah hasilnya tidak kalah besarnya, asal tekun yang membutuhkan bibit sayuran banyak,” kata dia.