Sukses

Aplikasi PeduliLindungi Jadi Syarat, Ini Respons Pelaku Wisata Kuliner Semarang

Kafe yang menyajikan pemandangan pantai dan indahnya sunset tersebut sudah mematuhi protokol kesehatan dan kebijakan Pemkot Semarang tentang pembatasan jam operasional serta kapasitas pengunjung serta akan gunakan aplikasi PeduliLindungi

Liputan6.com, Semarang - Aplikasi PeduliLindungi sebenarnya sudah dirilis sejak awal pandemi Covid-19 melanda Indonesia pada awal tahun 2020. Tetapi penerapannya belum terlalu familier bagi semua kalangan masyarakat.

Aplikasi yang dikembangkan pemerintah Indonesia sebagai upaya pelacakan dan penghentian penyebaran virus corona ini mengandalkan partisipasi masyarakat agar membagikan data lokasi bepergian supaya mudah melacak riwayat kontak dengan penderita Covid-19. Pemakai aplikasi ini juga akan mendapatkan notifikasi jika berada di keramaian atau berada di zona merah.

Aplikasi PeduliLindungi kembali menjadi buah bibir ketika Kementerian Perhubungan (Kemenhub) pada Sabtu (28/8/2021) mengumumkan akan menerapkan aplikasi PeduliLindungi di seluruh moda transportasi sebagai salah satu persyaratan perjalanan.

Informasi tersebut memancing berbagai respons masyarakat. Salah satunya adalah para pengusaha kuliner di lokasi wisata. Mereka tampak bersiap-siap untuk beradaptasi jika aplikasi tersebut juga diberlakukan sebagai syarat memasuki kawasan wisata.

Hal tersebut juga ditegaskan oleh Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi seminggu yang lalu saat menerima informasi terkait penurunan level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Semarang yang semula level 4 menjadi level 3 sesuai Instruksi Mendagri Nomor 34 Tahun 2021.

"Kalau di tempat wisata dan hiburan masih dalam konteks 25 persen dari kapasitas dan harus sudah vaksin, atau menerapkan aplikasi PeduliLindungi,"ungkap Wali Kota Semarang tersebut.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Tanggapan Pelaku Wisata

Menanggapi informasi tersebut, Aan, Manajer Operasional Cafe Ropang Plus-Plus yang berada tepat di bibir Pantai Marina Semarang Jawa Tengah mengatakan pihaknya sudah siap seandainya memang syarat masuk pelanggan ke kafenya harus menggunakan aplikasi PeduliLindungi.

Sebelum diberlakukan, pihaknya sudah lebih dulu menerapkan sistem pemesanan paperless. Para pengunjung tidak dilayani secara face to face tapi menggunakan aplikasi pemesanan secara online.

Sesuai instruksi pemerintah, kafe yang menyajikan pemandangan pantai dan indahnya sunset tersebut sudah mematuhi protokol kesehatan dan kebijakan Pemkot Semarang tentang pembatasan jam operasional serta kapasitas pengunjung.

"Kami mulai buka pukul 11 siang dan tutup pukul 20.00 WIB. Kami juga tidak mengobrol banyak dengan konsumen sebagai upaya mematuhi prokes" ungkap Aan saat diwawancarai, Minggu (29/8/2021).

Pengunjung kafe juga wajib mengenakan masker, mencuci tangan di tempat yang tersedia serta patuh untuk duduk dengan menjaga jarak.

Aan sadar lokasi usahanya memang strategis ditunjang dengan menu yang sesuai selera remaja masa kini sehingga kemungkinan pengunjung akan membludak, tetapi ia sudah mengantisipasinya dengan menempatkan staf di depan kafe yang mengawasi keluar masuk konsumen agar tetap tidak melebihi kapasitas yang diizinkan.

Ari Widodo, salah satu pengunjung Cafe Ropang Plus-Plus mengatakan dirinya merasa cocok menikmati suasana santai di pantai sambil menikmati sunset dari tempat tersebut. Harga makanan yang disajikan pas untuk kantong anak kuliahan.

"Alhamdulillah, PPKM di Semarang kan sudah turun menjadi level 3 jadi sekarang mulai agak longgar makanya bisa wisata ke pantai meski masih tetap harus prokes," ucapnya bahagia.

Ditanya tentang aplikasi PeduliLindungi sebagai syarat perjalanan dan kemungkinannya diterapkan juga di sektor wisata, Ari mengatakan dirinya tidak keberatan sebab aplikasi tersebut merupakan upaya mengantisipasi penyebaran virus corona.

"Hanya saja memang mungkin akan menyulitkan bagi masyarakat yang kurang familier dengan gadget beserta aplikasi-aplikasi yang mutakhir," kata Ari.