Liputan6.com, Pekanbaru - Konflik harimau sumatra dengan manusia selalu menimbulkan opsi dilematis, apalagi sudah memakan korban. Di satu sisi, masyarakat mendesak adanya evakuasi atau pemindahan harimau agar mereka bisa beraktivitas tanpa gangguan.
Di sisi lain, lokasi konflik selalu berada di wilayah jelajah harimau sumatra atau berbatasan dengan suaka margasatwa. Harimau sudah lama berada di situ kemudian datang manusia membuat pemukiman karena aktivitas pembukaan hutan untuk industri.
Advertisement
Baca Juga
Keadaan ini tengah dihadapi Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau terhadap konflik harimau sumatra dengan masyarakat di Desa Teluk Lanus, Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak. Ini menyusul tewasnya remaja 16 tahun, Malta Akfarel pada 29 Agustus malam, diduga diterkam harimau.
Harimau di desa tersebut mulai menampakkan belangnya sejak tiga bulan lalu. Sudah ada ternak seperti kambing hingga anjing dimangsa, bahkan sempat menyerang pekerja sebuah perusahaan hutan industri di lokasi.
Terkait desakan evakuasi ini, Kepala Bidang Teknis BBKSDA Riau Mahfud menyebut pihaknya sudah melakukan mitigasi konflik. Masyarakat sekitar diminta tak beraktivitas sendiri, khususnya pada malam hari karena harimau selalu aktif pada waktu itu.
Dia juga menyebut BBKSDA Riau sudah memasang kamera intai untuk mengidentifikasi perilaku harimau sumatra yang sering muncul.
"Namun harimau tidak pernah terpantau," kata Mahfud.
Â
*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Kajian Matang
Mahfud menambahkan, harimau sejak petugas BBKSDA Riau di lokasi tidak pernah menampakkan diri selama beberapa waktu.
"Kemudian tiba-tiba muncul dan terjadilah hal tersebut (penyerangan terhadap Malta," kata Mahfud.
Mahfud menjelaskan, pihaknya sudah turun ke lokasi untuk memasang box trap atau kandang jebak. Tujuannya untuk menangkap si Datuk Belang.
"Agar dapat dipindahkan dari lokasi konflik manusia dengan harimau sumatra," kata Mahfud.
Sebagai informasi, evakuasi harimau sudah beberapa kali dilakukan BBKSDA Riau karena konflik dengan manusia. Itu dilakukan dengan berat hati untuk menghindari korban berikutnya.
Selama ini, evakuasi dilakukan setelah melakukan berbagai kajian. Mulai dari potensi konflik berkepanjangan hingga lokasi pemindahan agar tidak menimbulkan konflik baru.
Bisa jadi lokasi pemindahan ada individu harimau lain sehingga bisa terjadi konflik sesama satwa.
BBKSDA selama ini sebelum evakuasi selalu duduk bersama dengan pemangku kepentingan lain. Baik itu pemerintah ataupun perusahaan pemilik konsesi tempat harimau berada.
Â
Advertisement
Cari Sinyal
Sebelumnya, penyerangan terjadi saat korban Malta bersama ayahnya Rustam Nduru memperbaiki mesin disel karena listrik di barak pekerja eks PT Uniseraya padam. Saat memperbaiki itu, korban meminta izin pergi ke pelabuhan mencari jaringan karena sinyal di dekat camp itu tidak bagus.
Karena Malta lama tak kembali, Rustam mencari anaknya itu dengan memanggil ke arah pelabuhan. Setelah berjalan sekitar 150 meter, Rustam menemukan telepon genggam anaknya tergelak di tanah dan ada bercak darah di lokasi.
Rustam juga menemukan bekas seretan dan darah di jalanan ke arah hutan. Dia memanggil warga lain dan dilakukan pencarian bersama-sama.
Rustam dan pekerja eks PT Uniseraya lainnya menduga korban sudah diterkam harimau karena beberapa bulan belakangan satwa tersebut sering muncul. Hanya saja tidak ada saksi mata yang melihat karena malam hari tanpa penerangan.
Beberapa jam mencari, korban Malta akhirnya ditemukan. Korban Malta sudah tak bernyawa dengan beberapa organ tubuh sudah tidak ada lagi.