Liputan6.com, Garut - Perhimpunan Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI) ranting Garut Timur, Kabupaten Garut, Jawa Barat menggelar ‘Kontes dan Pameran Bonsai Lokal Terbuka Pesona Bonsai Garut 2021’, mulai 3-5 September 2021.
Kegiatan yang digelar Komunitas Pecinta bonsai Tugar alias Tunggul Garut tersebut, diharapkan mampu menyuguhkan ragam bonsai unik dan ‘istimewa’, sebagai upaya membangkitkan geliat ekonomi masyarakat, terutama di saat sulit selama pandemi Covid-19 saat ini.
“Ini temanya kontes lokal tapi rasa nasional,” ujar Gaos Hamdani, Ketua Panitia Kontes dan Pameran Bonsai Lokal Terbuka Pesona Bonsai Garut, di sela-sela persiapan kejuaraan di Kawasan Wisata Sawah Lega Hegar, Cibatu, Jumat (3/9/2021).
Advertisement
Baca Juga
Menurut Gaos, potensi bonsai Garut terutama jenis beringin terus diperhitungkan di kalangan kancah pecinta bonsai tanah air saat ini. Luasan lahan konservasi yang dimiliki Garut, dinilai potensial menghasilkan jenis bonsai lainnya yang tak kalah berkualitas.
“Selain bonsai jenis Garut, kami juga menghadirkan jenis lainnya dari luar Garut,” kata dia.
Sebut saja jenis bonsai Anting Putri dari Sulawesi, kemudian Waru dan Kitamiang yang banyak ditemukan di berbagai daerah di pulau Jawa, hingga Sinensis dan Cemara Udang dari awanya berasal dari Jepang.
“Ada sekitar 60 jenis yang akan kami hadirkan, namun nanti lihat seluruhnya yang ikut mendaftar,” kata dia.
Gaos menyatakan ada beberapa kategori ukuran yang akan dipertandingkan dalam kontes bonsai tersebut. Antara lain; kelas ukuran sito dengan ketinggian maksimal bonsai 10 cm, mame/small dengan ketinggian pohon maksimal 20 sentimeter.
Kemudian medium dengan ketinggian pohon maksimal 45 sentimeter, large dengan ketinggian maksimal 75 sentimeter, serta ekstra large atau dengan ketinggian pohon di atas 75 sentimeter.
“Dari setiap ukuran itu ada dua kelas yang dipertandingkan yakni kelas prospek dan kelas jadi,” kata dia.
Data panitia mencatat, total jumlah pohon bonsai yang sudah masuk pendaftaran di hari pertama mencapai 230 pohon, mereka berasal dari anggota komunitas bonsai Garut, termasuk beberapa daerah lainnya.
“Yang dari luar sudah mendaftar ada dari Bandung, Tangerang. Cianjur, Subang, Kuningan, hingga Cirebon.
Melihat tingginya animo komunitas dalam kontes kali ini, Gaos berharap total peserta pohon bonsai yang masuk bisa menembus angka 1.000 pohon yang berasal dari perwakilan PPDI yang berasal dari 27 cabang serta ratusan ranting se-Jawa Barat.
“Ada juga peserta Palembang dan Surabaya yang hadir, ini sebenarnya kontes lokal tapi rasa nasional,” ujarnya bangga sambil tersenyum lebar.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Simak Video Pilihan Ini:
Banyak Keuntungan
Gaos menyatakan, meskipun digelar di ruang terbuka, perwakilan seluruh peserta kontes wajib memperhatikan protokol kesehatan (Prokes), sehingga tidak menimbulkan kerumunan massa.
“Kami panitia menyediakan hand sanitizer, sabun pencuci tangan, hingga pengecek suhu,” kata dia.
Selain itu, seluruh peserta yang datang diharapkan bisa menunjukan bukti vaksinasi sebagai upaya pencegahan pandemi Covid-19. “Intinya selain bisa menggelar kontes yang menghibur, juga bisa menggairahkan ekonomi warga,” ujar Kepala Desa Cinta tersebut.
Menurutnya, masa pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung dua tahun terakhir, cukup memukul sektor ekonomi masyarakat, terutama kalangan menengah ke bawah.
Hadirnya kontes bonsai kali, mampu menghapus dahaga kerinduan komunitas dan penggemar bonsai kota Intan. “Pemilihan pemeliharaan bonsai dinilai tepat untuk menaikan nilai ekonomi, di saat banyak warga kehilangan pekerjaan,” kata dia.
Selain menjaga silaturahmi dan kekompakan sesama komunitas, ada beberapa keuntungan yang bisa dinikmati warga dari gelaran kontes bonsai kali ini, yakni. Pertama mampu mengembangkan kreativitas, dan inovasi pecinta bonsai, untuk membentuk jenis pohon yang diinginkan.
Kedua, mampu menciptakan rekayasa tumbuhan untuk menghasilkan bibit bonsai berkualitas. “Bisa diminiatur atau dikerdilkan dengan gaya dan bentuk sesuai keinginan,” kata dia.
Ketiga, mampu menghasilkan karya seni yang abadi nan unik dan menantang. “Dibutuhkan kesabaran dan ketelitian sehingga bonsai yang dihasilkan sesuai harapan,” kata dia.
Keempat, konotasi negatif mengenai kerusakan lingkungan yang disebabkan pembolang atau pencari bibit bonsai bisa dipatahkan dengan banyaknya pohon bonsai yang dihasilkan.
“Istilahnya justru pohon dengan kualitas jelek yang kami jadikan bonsai, bukan pohon bagus,” kata dia.
Kelima, mampu menjadi solusi dalam meningkatkan kesejahteraan, terutama di saat pandemi Covid-19 saat ini.
“Bonsai potensi itu paling murah saja Rp500 ribu, dan bisa menembus hingga Rp250 juta per pohon untuk kualitas super,” kata dia.
Advertisement