Liputan6.com, Bandung - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Bandung Teguh Rahayu mengimbau warga di kawasan Bandung raya mewaspadai dampak cuaca ekstrem yang terjadi di masa pancaroba atau peralihan dari kemarau ke musim hujan.
Baca Juga
Advertisement
Menurut Rahayu, bencana hidrometeorologi diprediksi terjadi mulai September atau saat musim peralihan hingga masuk pada musim hujan pada Oktober.
"Bagi masyarakat yang tinggal di wilayah perbukitan, sekitar DAS Citarum, dan bahkan perkotaan diharap meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi kejadian banjir, tanah longsor, hujan es, dan angin kencang/puting beliung," tutur Rahayu melalui keterangan tertulis, Jumat (3/9/2021).
Selain itu, dia menuturkan, memasuki musim hujan tahun ini diharapkan dapat melakukan manajemen air dengan baik. Mulai dari menambah luas tanam, melakukan panen air hujan, dan mengisi waduk/danau dan badan air lainya yang berguna untuk periode musim kemarau tahun depan.
Berdasarkan analisis data oleh BMKG Bandung, musim peralihan atau pancaroba untuk wilayah Bandung raya diperkirakan akan dimulai pada September dasarian I hingga dasarian II. Dengan sifat hujan diperkirakan normal-atas normal.
"Musim hujan untuk wilayah Bandung raya diperkirakan akan dimulai lebih awal 2 hingga 3 dasarian dari kondisi normalnya, yaitu dimulai pada September dasarian II untuk wilayah Bandung bagian utara dan Bandung bagian barat. Kemudian diikuti oleh Kota Bandung, Bandung bagian timur, dan Bandung bagian selatan pada Oktober dasarian I," tutur Rahayu.
*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Simak Video Pilihan di Bawah Ini
Gelombang Tinggi di Perairan Selatan Jabar
Selain itu, Rahayu mengungkapkan, berdasarkan data prakiraan tinggi gelombang di wilayah perairan selatan Jawa Barat, diketahui bahwa tinggi gelombang pada tanggal 3 September 2021 berpotensi mencapai ketinggian antara 3,5-5,0 meter dan berlaku hingga 4 September 2021 pukul 07.00 WIB.
Masih berdasarkan data prakiraan tinggi gelombang, pada 4 September, ketinggian gelombang berpotensi mencapai 6 meter di perairan wilayah selatan Jawa Barat. Namun kondisi riil di lapangan, ketinggian gelombang bisa berpotensi lebih tinggi dari prakiraan dan pantauan data satelit.
"Gelombang tinggi di wilayah perairan selatan Jawa Barat disebabkan oleh angin kencang hingga 25 knot (46 km/jam). Berdasarkan skala Beaufort, angin sekencang itu dapat menyebabkan gelombang laut tinggi atau gale," ujar Rahayu.
Angin kencang yang melanda wilayah perairan selatan Jawa Barat disebabkan oleh karena wilayah Jabar sudah memasuki musim peralihan pada awal September, dan pada periode tersebut angin monsun Australia dari selatan Jawa dan monsun Asia dari utara Indonesia silih berganti menunjukan fluktuasi kecepatan angin yang bergantian antara monsun Australia dan Asia.
Pada periode dasarian I September, terpantau angin monsun Australia aktif, sehingga menyebabkan gelombang di perairan selatan Jawa Barat menjadi tinggi. Selain itu, angin kencang juga disebabkan oleh aktivitas gelombang low frequency yang terpantau aktif mulai 2-8 September 2021 (periode 7 harian).
Kombinasi angin monsun Australia dan aktivitas gelombang low frequency menjadi penyebab utama angin kencang dan gelombang tinggi di Perairan Selatan Jawa Barat.
Bagi masyarakat yang tinggal ataupun berkepentingan mengunjungi kawasan pesisir selatan Jawa Barat untuk selalu waspada dan berhati-hati karena potensi gelombang tinggi masih mungkin terjadi hingga satu minggu ke depan. Selain itu, perlu diwaspadai juga kejadian seperti abrasi dan kerusakan infrastruktur pantai lainnya yang disebabkan oleh gelombang tinggi dan angin kencang.
Advertisement