Liputan6.com, Bandung - Tim Reaksi dan Analisis Kebencanaan Pusat Sains dan Teknologi Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (TReAK PSTA - LAPAN), telah memprakirakan adanya potensi hujan yang menerus di wilayah Kalimantan.
Peneliti Klimatologi TReAK PSTA - LAPAN Erma Yulihastin mengatakan, potensi hujan deras tepatnya di Kalimantan timur dan tengah ini telah diprediksi oleh Satellite-based Disaster Early Warning System (SADEWA) LAPAN, karena adanya pembentukan pusat-pusat konveksi yang dipicu oleh anomali sirkulasi angin di Kalimantan.
Advertisement
Baca Juga
"Penguatan angin dari selatan mengalami pembelokan ke arah timur laut di sekitar bagian barat Sumatera dan bertemu dengan angin dari selatan di wilayah Kalimantan memicu terbentuknya pusat konveksi di Kalimantan," ujar Erma di Bandung, Senin (6/9/2021).
Erma menuturkan suplai kelembapan yang tinggi juga terkonsentrasi di Kalimantan karena adanya penjalaran gelombang Kelvin dari barat, yang bertemu dengan Rossby dari timur. Hal tersebut berkontribusi terhadap peningkatan intensitas curah hujan di Kalimantan sehingga menyebabkan banjir.
"Pola pertemuan kedua gelombang ini merupakan pengulangan pada saat banjir di Kalimantan barat pertengahan 14 Juli lalu," kata Erma.
Â
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Waspada Banjir dan Longsor
Hujan deras juga menyebabkan banjir di sejumlah wilayah di Kalimantan Tengah dan Timur sejak akhir Agustus 2021. Tercatat hingga 2 September 2021, sebanyak 13 Kecamatan di Kabupaten Katingan Kalimantan Tengah terdampak banjir akibat hujan dengan intensitas yang tinggi di wilayah hulu Sungai Katingan.
"Berdasarkan prediksi Sadewa-LAPAN potensi terjadinya pusat konveksi serupa yang memicu hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi masih dapat terjadi pada tanggal 6 September 2021 di berbagai wilayah di Kalimantan," kata Erma.
Selain akibat pusat konveksi, kondisi diperkuat oleh indeks BSISO1 atau penjalaran kelembapan terkait aktivitas musim panas Asia berada pada fase 4, yaitu di kawasan Indonesia bagian barat.
Untuk itu masyarakat di wiilayah tersebut diharapkan meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi banjir dan longsor yang dapat terjadi pada dua hari mendatang.Â
Advertisement