Liputan6.com, Yogyakarta - Tari Badui adalah tarian rakyat yang bercerita mengenai adegan peperangan yang dilakukan rombongan prajurit. Tarian rakyat klasik ini masih eksis di tengah masyarakat Yogyakarta khususnya di Kabupaten Sleman, meskipun tarian ini berkembang menjadi Tari Selawat Badui.
Dikutip dari berbagai sumber, tarian religi ini berasal dari daerah Kedu yang semula dibawa oleh seorang pedagang dari tanah Arab. Tarian ini dikemas untuk menyebarkan agama Islam sekaligus tontonan yang eksotik bagi masyarakat. Tari Selawat Badui menjadi warisan budaya tak benda dari DIY yang ditetapkan pada 2017 oleh UNESCO.
Paguyuban Tari Selawat Badui di Kabupaten Sleman telah ada sejak beberapa generasi sebelumnya. Meski tak diketahui kapan pastinya kesenian ini mulai eksis di daerah ini. Seni badui saat ini telah banyak mengalami perkembangan terutama di dalam lagu dan syairnya.
Advertisement
Baca Juga
Jumlah para penari pementasan kesenian badui juga tidak tentu. Umumnya sekitar 40 orang, terdiri dari 10 orang sebagai pemegang instrumen musik dan vokalis, sedangkan 30 orang sebagai penarinya.
Instrumen yang digunakan adalah genderang tambur, terbang genjreng sebanyak tiga buah, satu jedor dan sebuah peluit yang berfungsi untuk memberi aba-aba.
Vokal disampaikan dalam bentuk lagu yang dibawakan secara bergantian antara penari, vokalis dan penabuh instrumen secara bersahut-sahutan. Syairnya sendiri diambil dari kitab Kotijah Badui, tetapi ada pula yang disusun sendiri dengan menyesuaikan adat istiadat masyarakat setempat. Biasanya berisi uraian tentang budi pekerti, kepahlawanan hingga selawat nabi.
Tari di Sleman ini biasanya ditampilkan pada malam hari dengan durasi empat hingga lima jam.
Â
Penulis:Â Tifani