Sukses

Mematri Nilai Spritual Para Leluhur dari Tradisi Perang Obor Jepara

Jepara Jawa Tengah memiliki tradisi unik yaitu Perang Obor Jepara yang ternyata memiliki pesan nilai yang tinggi terhadap kehidupan sekarang.

Liputan6.com, Yogyakarta Atraksi dua pria saling memukulkan obor ke tubuh lawannya di Desa Tegalsambi, Tahunan, Jepara, Jawa Tengah rupanya menarik Mahasiswa Filsafat UGM yaitu Ahmad S H Safikri, Naufal Ridhwan Aly, dan Muhammad Hasbul Wafi. Ketiganya sepakat meneliti tradisi bernama perang obor Jepara.

Tradisi ini diketahui sebagai bentuk syukur masyarakat setempat kepada Tuhan Yang Maha Esa atas melimpahnya rezeki, kesehatan, dan keselamatan.

Ahmad Safikri mengatakan nilai-nilai dalam Perang Obor sarat dengan unsur spiritual. Unsur inilah yang dinilai mampu membendung paham materialisme, atau setidaknya berakulturasi dengan nilai yang ada sehingga tidak saling mendominasi.

"Kita memperoleh fakta bahwa tradisi Perang Obor mengandung nilai-nilai spiritual yang kental seperti rasa syukur kepada Tuhan, penghormatan terhadap nenek moyang, toleransi, dan empati terhadap sesama," kata Safikri, Senin (6/9/2021).

Penelitian yang bertajuk "Internalisasi Nilai-Nilai Ketuhanan dalam Tradisi Perang Obor Jepara Ditinjau dari Perspektif Hierarki Nilai Max Scheler" ini menyebutkan, tradisi Perang Obor Jepara masuk ke dalam tingkatan kejiwaan dan kerohanian yang bersifat tahan lama dan tidak dapat dibagi. Nilai ini berkebalikan dengan materialisme yang nilainya dapat dibagi dan tidak tahan lama. 

Menurutnya, penelitian ini memberikan refleksi bagi masyarakat terhadap fakta-fakta yang terjadi dewasa ini, khususnya paham materialisme. 

"Penelitian ini penting dilakukan karena hirarki nilai Scheler penting dijadikan pertimbangan bagi upaya meningkatkan kualitas harkat dan martabat manusia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia," kata Safikri.

Safikri mengatakan, tradisi Perang Obor ini mengandung nilai-nilai spiritual yang potensial menangkal paham materialisme di Indonesia. Karena ini merupakan tradisi penghormatan terhadap nenek moyang, toleransi, dan empati terhadap sesama, dan kesetiakawanan. 

"Nilai-nilai tersebut menggambarkan bentuk indigenous masyarakat setempat," tegasnya.

Ia berpendapat saat ini, materialisme makin menguat di tingkat masyarakat seiring perkembangan teknologi. Sementara, diketahui, materialisme hanya memfokuskan diri kepada materi dan tidak hirau terhadap nilai-nilai kehidupan selain materi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.