Sukses

Upaya Pedagang Telur Ayam Membongkar Dugaan E-Warong Fiktif di Blora

Seorang pedagang telur ayam di Kabupaten Blora menyebut banyak E-Warong fiktif di Blora.

Liputan6.com, Blora - Seorang pedagang telur ayam di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, bernama Muhammad Fuad Mushofa menyebut banyak elektronik warung gotong royong (E-Warong) fiktif di daerahnya.

Ia mengungkapkan telah berkomunikasi dengan pihak Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) Kabupaten Blora, serta dengan pihak penyaluran bantuan sembako BPNT yang dilakukan melalui Himpunan Bank Negara (Himbara).

"Saya menanyakan KKS sama E-Warong fiktif. Artinya yang saya tahu tentang E-Warong itu kan warung gotong royong ya, dia itu mempunyai toko sembako," kata Shofa kepada Liputan6.com, Senin (6/9/2021).

Menurutnya, yang berhak mendapatkan bantuan sosial sembako BPNT adalah Keluarga Penerima Manfaat (KPM) pemegang Kartu Keluarga Sejahtera (KKS).

Jebolan santri Pondok Pesantren Khozinatul Ulum Blora ini mengaku memberanikan diri untuk menanyakan kepada pihak terkait agar mendapat kejelasan sesuai di lapangan.

"Tetapi di situ saya disuruh ke dinas sosial. Saya telepon dinas sosial disuruh ke BRI. Artinya itu mereka saling lempar," ujar Shofa.

Pria berusia 36 tahun ini juga mengaku sempat kebingungan dan seolah merasa di'pingpong' ketika bertanya dengan pihak-pihak terkait. Sebagai penjual telur ayam yang bertahun-tahun kerap berkeliling, dia tahu betul situasi di lapangan.

Shofa hanya mengharapkan penyaluran bantuan bansos sembako BPNT di daerahnya dijalankan sesuai petunjuk teknis (juknis). Tentunya, tanpa ada indikasi patgulipat pihak-pihak tertentu.

"E-Warong harus benar-benar warung sembako gotong royong yang di situ banyak komoditas yang harus dikasihkan kepada KPM. Artinya bukan hanya Brilink saja bisa, konter hp bisa, terus orang yang tidak punya warung tetapi dia mungkin perangkat desa atau gimana tetap bisa," kata Shofa.

Sejauh pengamatannya, E-Warong masih kurang tepat sasaran. Shofa mencontohkan seperti halnya di daerahnya yaitu Kecamatan Todanan, ada yang tidak punya toko dan bermodal sekadar Brilink saja sudah bisa menjadi agen E-Warong.

"Contoh di Todanan tidak punya toko cuma sekadar partnernya BRI. Karena dia Brilink agennya BRI, dia bisa sebagai E-Warong. Padahal tidak punya toko sembako. Terus ada lagi E-Warong, itu baru membuka toko tetapi cuma untuk pantes-pantesan thok," katanya.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Tanggapan Dinsos Soal E-Warong Fiktif

Kepala Dinas Sosial P3A Kabupaten Blora, Indah Purwaningsih kepada Liputan6.com mengatakan terdapat total sebanyak 504 agen E-Warong yang menyalurkan bantuan sosial BPNT untuk KPM di Blora.

Disinggung mengenai dugaan banyaknya E-Warong fiktif, diakuinya bahwa beberapa waktu lalu mendapati laporan masyarakat dan sudah langsung ditindaklanjuti dengan mengecek di lapangan.

"Langsung kita cek, kemarin juga ada laporan dan teman-teman datang. Ternyata dia (E-Warong) itu sudah ada sejak tahun 2018," ujar Indah.

Indah mengungkapkan, jika ada persoalan tentang E-Warong, Dinsos P3A Kabupaten Blora tugasnya hanya sebatas melaporkan saja. Sedangkan yang menindaklanjuti laporan dan menentukan E-Warong adalah BRI selaku pihak Himbara yang mendapatkan perintah dari Kementerian Sosial (Kemensos).

"Saat ini kita lagi penataan. Seperti kemarin, sudah kami datangi dan saya sudah melaporkan ke BRI bahwa E-Warong misalkan KPL ndak boleh. Kan begitu," ungkap Indah.

Lebih lanjut, Indah juga mengungkapkan, apabila kondisi di Kabupaten Blora ditemukan E-Warong fiktif, agar menyampaikan ke pihaknya untuk ditindaklanjuti.

"Saya diparingi info, kalau memang ada yang seperti itu kita cek. Kita langsung ke lapangan. Jumlah penerima BPNT selalu ada perubahan, sekitar 80 ribuan kethok e," ucapnya.

Sementara itu, pihak BRI Cabang Blora selaku Himbara sampai berita ini diturunkan belum bisa dikonfirmasi.