Sukses

Melaju di Rel Inovasi atau Mati

Kolaborasi dan inovasi dua sisi yang tidak bisa dihindari untuk bisa bertahan di tengah pandemi.

Liputan6.com, Jakarta - Menjelang tidur, bukan pesan dari pacar yang dibaca Anisa. HRD kantor tiba-tiba mengambil alih percakapan malam, meminta dirinya datang ke Jakarta untuk vaksinasi Covid-19 besok. Pusing tujuh keliling, pemberitahuan mendadak itu membuat dirinya berpikir keras, bagaimana caranya dari Magelang, Jawa Tengah ke Jakarta hanya dalam kedipan mata? Nampaknya mustahil.

Semenjak pandemi Covid-19 dan pemberlakuan Work From Home dari kantor, Anisa meninggalkan kamar indekosnya di Jakarta, lebih memilih bekerja dari Magelang sambil menjaga sang ibu. Panggilan mendadak itu menjadi risiko yang harus dihadapinya sekarang. Sialnya, tak ada tiket pesawat menuju Jakarta yang bisa dibeli mendadak hari itu. Tanpa pikir panjang, Anisa memutuskan naik kereta api.

Tak sampai 10 menit, tiket kereta sudah di tangan. Aplikasi KAI Access yang ada di ponselnya, membuat transaksi pembelian tiket kereta menjadi lebih mudah dan aman. Nyaris tak pakai pertemuan dan antre, karena semua sudah bisa dilakukan secara online menggunakan ponsel.

"Kursinya juga sudah ditandai sesuai kuota maksimal, jadi gak perlu tanya-tanya lagi di sebelah kita ada orang apa enggak," kata Anisa. 

Meski beli tiket kereta saat ini jauh lebih mudah pakai KAI Access, Anisa menilai, aplikasi ini masih tak jauh berbeda dari aplikasi penyedia tiket pada umumnya. Artinya, masih berkutat pada persoalan jual beli tiket, membership, dan transaksi pra perjalanan lainnya. Hal itu yang membuatnya tidak lebih spesial dari aplikasi e-commerse pembelian tiket perjalanan lainnya, seperti Traveloka, Tiket.com, atau Blibli.com.

Padahal dirinya membayangkan, dari aplikasi KAI Access, penumpang kereta jarak jauh bisa mendapatkan hiburan multidimensi di gawai mereka masing-masing. Misal tersedianya hiburan video virtual reality, yang memungkinkan penumpang kereta merasakan sensasi naik kereta seperti di Swis misalnya, atau merasakan sensasi menaiki kereta seperti di film The Polar Express.

"Kalau mau membuat inovasi ya berawal dari imajinasi kan, dan berimajinasi jangan tanggung-tanggung," katanya.

Sudah lama juga Anisa mendambakan ada perpustakaan digital di aplikasi KAI Access, yang tentunya hanya bisa diakses penumpang dalam perjalanan kereta. Ini bukan imajinasi yang sulit, yang butuh effort dan biaya besar untuk mewujudkannya. PT KAI bisa berkolaborasi dengan Perpustakaan Nasional atau penerbitan buku yang punya koleksi buku-buku berkualitas.

Sangat mungkin juga, KAI Acces menyediakan majalah dan koran terupdate dalam bentuk digital. Selain mampu mengurangi potensi penyebaran virus Corona dari bahan bacaan fisik, proses-proses digitalisasi literasi ini juga berperan penting mendekatkan orang Indonesia dengan tradisi membaca di transportasi umum.

"Gue rasa akan ada banyak pihak yang mau kolaborasi kalau KAI benar-benar mau merealisasikan itu ya," katanya.

Sebagai milenial, Anisa sadar betul kereta api semestinya bisa dikembangkan menjadi sesuatu yang lebih dari sekadar moda transportasi. Di banyak negara di Eropa, perjalanan kereta api menjadi wisata itu sendiri. Dia mencontohkan di Swis misalnya, ada Bernina Express, layanan kereta api yang melayani rute perjalanan dari kota-kota besar di Swis melewati pegunungan menawan. Tak hanya panorama pegunungan, kereta itu juga melintasi desa-desa kecil, danau menawan, dan gletser.

"Memang sangat jauh kalau membandingkan pemandangan alamnya, kita gak punya musim salju. Tapi paling tidak kita bisa amati, tiru, dan modifikasi bagaimana mereka mengemas perjalanan kereta api menjadi lebih menyenangkan," katanya.

Anisa mengatakan, naik kereta api saat pandemi memang menjadi lebih ribet dari biasanya. Hal itu dirasakan saat sudah berada di stasiun menunggu keberangkatan. Waktu yang biasa digunakannya untuk baca buku atau sekadar membuka ponsel, kini dipakai untuk mengantre genose dan tes antigen.

Kepergian yang mendadak membuat dirinya tak sempat tes Covid-19 di luar stasiun. Beruntung kini sertifikat vaksinasi Covid-19 bisa digunakan untuk naik kereta jarak jauh, tentu ini memudahkan dan membuat prosedur naik angkutan umum di tengah pandemi menjadi lebih efisien.

"So far yang gue rasakan dapet tiket lebih gampang, stasiun juga jadi lebih bersih, mungkin karena kapasitas penumpang dikurangin banyak banget. Gimana enggak, sederet kan ada 4 kursi, biasanya penuh sekarang bisa cuma gue doang," katanya.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Simak juga video pilihan berikut ini:

2 dari 4 halaman

Inovasi Kolaborasi

KAI memang mengurangi kuota penumpang sejak pemerintah melakukan kebijakan pembatasan sosial demi menekan laju penyebaran virus Corona. Pengurangan penumpang itu tentu berimbas pada pemasukan KAI yang jauh berkurang. Ayep Hanafi, Humas KAI Daerah Operasi 5 Purwokerto saat dihubungi Liputan6.com mengatakan, selama pandemi Covid-19 memang terjadi penurunan jumlah penumpang gila-gilaan. Dari biasanya penumpang dalam sehari bisa mencapai 4.000-5.000 penumpang, saat pandemi jumlahnya tak sampai 1.000 orang.

"Jumlah penumpang turun 60 sampai 70 persen," katanya.

Pihaknya lantas memutar otak, bagaimana caranya agar kereta tetap jalan, tapi di sisi lain ikut mendukung upaya pemerintah menekan laju penyebaran virus Corona. Hal pertama yang dilakukan, kata Ayep, adalah mengoptimalisasi semua aset yang dimiliki wilayah Daop 5. Salah satunya mengembangkan potensi angkutan barang.

"Kami punya program angkutan-angkutan baru, seperti Angkutan Rel Panjang dari Cilacap ke Rancaekek untuk mendukung PT KCIC, Menjalankan Angkutan Semen dari Stasiun Kretek, menjalankan Angkutan Pupuk dari Stasiun Gombong," katanya.

Ayep mengatakan, ke depan akan semakin sulit jika KAI sebagai perusahaan moda transportasi tidak bisa ‘hidup berdampingan’ dengan virus. Maka protokol kesehatan menjadi harga mati yang tidak bisa ditawar lagi. Tak hanya yang teknis, KAI Daop 5 juga membuat inovasi untuk mempercepat herd immunity, yaitu dengan menyediakan layanan vaksin di Stasiun Purwokerto hanya dengan menunjukkan KTP.

"Kami juga menyiapkan pelayanan antigen di stasiun-stasiun yang melayani penumpang, antara lain di Stasiun Kutoaro, Kebumen, Gombong, Kroya, Maos, Sidareja, dan Purwokerto," katanya.

 

3 dari 4 halaman

Merindukan Riuh Penumpang

Rindu riuh penumpang kereta di stasiun juga dirasakan para pegawai KAI Daop 1 Jakarta. Eva Khaerunisa, Humas KAI Daop 1 Jakarta kepada Liputan6.com mengatakan, sejak virus Corona menyebar dan dinyatakan menjadi pandemi di tanah air, pihaknya juga melakukan penyesuaian dalam pengoperasian kereta api. Momen yang paling menyedihkan adalah saat Ramadan menjelang Lebaran. Stasiun-stasiun di Jakarta yang biasanya penuh penumpang berjubel kini sepi.

“Bahkan Lebaran 2020 itu tidak ada kereta yang jalan sama sekali,” katanya.

Eva menyebut, di masa normal sebelum pandemi, kereta api jarak jauh yang berangkat dari Jakarta, yaitu dari Stasiun Gambir dan Pasar Senen, totalnya mencapai 71 kereta api per hari di akhir pekan. Sementara saat pandemi, paling banyak hanya sampai 30 kereta api yang berangkat per hari saat akhir pekan. Bahkan saat PPKM Darurat diberlakukan, hanya 10 sampai 18 kereta jarak jauh yang jalan per hari.

“Dari segi pendapatan tentu berkurang, tapi ini kan ada hal yang perlu kita lakukan, mendukung pemerintah mengurangi pandemi,” katanya.

Eva mengatakan, jika dibilang rugi dari segi pendapatan penumpang, tentu pihaknya mengalami pengurangan pendapatan. Tapi bukan berarti langsung menyerah pada keadaan. Untuk menutup pengurangan pendapatan itu, pihaknya membuat langkah kolaborasi dengan memaksimalkan angkutan barang.

“Jadi lokomotif-lokomotif yang dulu digunakan untuk mengangkut penumpang, sekarang kita maksimalkan untuk dapat melakukan optimalisasi pengangkutan barang,” katanya.

 

 

4 dari 4 halaman

Inovasi Protokol Kesehatan

Sebagai perusahaan paling terdampak pandemi, KAI tak bisa berlama-lama pasrah pada keadaan. Apalagi tidak ada satu pun orang yang bisa memastikan kapan pandemi Covid-19 akan berakhir. Inovasi dan perubahan peraturan di kabin kereta menjadi hal yang mutlak perlu dilakukan. 

Eva menyebut, agar kereta tetap bisa berjalan dengan aman, pihaknya membuat inovasi dengan memaksimalkan protokol kesehatan. Antara lain seluruh penumpang yang berangkat akan diberikan masker, cairan pembersih tangan, dan seluruh kereta api disemprotkan cairan disinfektan rutin tiap 30 menit sekali selama perjalanan.

Jaga jarak juga diatur secara ketat dengan memasang tanda batas jarak, baik di area pelayanan dan di tempat-tempat yang kemungkinan menimbulkan antrean. Kita juga menambahkan perangkat pencuci tangan di banyak area

“Kalau dulu cuci tangan di musala atau toilet, sekarang cuci tangan bisa di mana saja di seluruh area layanan kereta api,” katanya.  

Ruang isolasi khusus juga disediakan di kabin kereta. Penumpang yang kedapatan suhu tubuhnya tidak normal saat melakukan perjalanan, akan dipindahkan ke ruang isolasi tersebut. Mengingat petugas secara berkala selama perjalanan akan terus memeriksa suhu tubuh para penumpang.

Pada akhirnya, KAI perlu menyadari, kolaborasi dan inovasi ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dihindari, modal awal untuk bisa bertahan di tengah pandemi, jika tidak pasti tergerus dan mati.