Sukses

Ratusan Kilogram Sabu Malaysia Hilir Mudik Numpang Lewat di Riau

Sebulan melakukan operasi intensif, Polda Riau dan jajaran mengungkap ratusan kilogram sabu dan ribuan pil ekstasi jaringan Malaysia.

Liputan6.com, Pekanbaru - Narkoba jenis sabu dan pil ekstasi dari Malaysia tak henti-hentinya masuk Provinsi Riau. Ibarat mati tumbuh seribu, sindikat dari negeri jiran itu tak pernah kehabisan akal memanfaatkan warga Bumi Lancang Kuning sebagai kaki tangannya.

Setiap kali ada penangkapan oleh Polda Riau dan jajaran, jaringan lainnya berkembang lagi. Riau memang tidak menjadi sasaran peredaran utama melainkan sebagai daerah transit.

Direktorat Reserse Narkoba Polda Riau di bawah komando Komisaris Besar Victor Siagian dengan Subdit-subdit serta jajaran di Polres juga tak kehabisan akal menangkal barang haram itu masuk. Termasuk bekerjasama dengan Bea Cukai Riau dan Kanwil Kemenkumham.

Kepala Polda Riau Irjen Agung Setya Imam Effendi menyebut sebulan belakangan melakukan operasi intensif memberantas peredaran narkoba di Riau. Hasilnya ada 117 kilogram sabu dan 1.000 pil ekstasi gagal beredar.

"Ini pengungkapan dari tujuh sindikat dari operasi yang digelar sejak 18 Agustus hingga 13 September lalu," kata Agung didampingi Kabid Humas Komisaris Besar Sunarto, Jumat siang, 17 September 2021.

Dari tujuh jaringan narkoba ini, polisi menangkap 16 pelaku. Mereka punya peran masing-masing, mulai dari kurir, penerima ataupun pengendali dengan modus beragam yang rapi.

"Ada juga yang dikendalikan dari Lapas di luar Riau, seperti di Lampung, ada juga dikendalikan di Ciamis," kata Agung.

Agung menjelaskan, 117 kilogram sabu dan 1.000 pil ekstasi itu sebagian besarnya dibawa kurir menuju Jambi, Sumatra Utara ataupun untuk diedarkan di Pekanbaru.

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Di Bekalang Rumah Sakit

Alurnya, bandar narkoba dari Riau memesan sabu dan pil ekstasi dari Malaysia. Selanjutnya penyedia barang dari negeri jiran itu menghubungi orang di Pulau Rupat, Bengkalis, sebagai penerima.

Penerima ini mencari sejumlah orang sebagai kurir. Biasanya, kurir dari Malaysia membawa narkoba dari negeri jiran itu memakai perahu bermesin dan bertransaksi di tengah laut.

Dari laut perbatasan itu, penerima dari Indonesia membawa narkoba ke Bengkalis ataupun ke Kota Dumai. Sudah dipersiapkan gudang penyimpanan untuk selanjutnya dijemput lagi oleh kurir pemesan.

Untuk menghilangkan jejak, transaksi tidak dilakukan bertemu langsung. Narkoba tadi akan diletakkan di suatu lokasi kemudian dijemput tak lama setelah peletakan.

"Ada yang diletakkan di belakang rumah sakit, seperti kejadian di Kota Dumai," kata Agung.

Setelah narkoba dijemput, kurir membawa memakai transportasi berbeda. Ada yang memakai sepeda motor dan pakai mobil untuk dibawa ke Medan, Lampung dan Jambi.

"Ada juga yang memakai kargo," kata Agung.

Rapinya jaringan terputus ini membuat pengungkapan tak pernah sampai ke pengendali utama, khusus di Malaysia. Petugas hanya memperoleh nama-nama dan menangkap pemesan di Indonesia.

"Karena biasanya yang mesan beda, yang mengirimkan beda, kurirnya beda," kata Agung.

Oleh karena itu, Agung menyatakan tidak akan pernah berhenti mengungkap peredaran narkoba dari Malaysia ke Riau ini. Kerja sama yang baik antara pihaknya dengan Bea Cukai Riau, pihak kargo dan Kanwil Kemenkumham terus ditingkatkan.