Sukses

Cara Rumah Budaya Indonesia Promosikan Tempe di Jepang

Rumah Budaya Indonesia di Tokyo memperkenalkan makanan khas Indonesia tempe. Ya. Mereka mempormosikan makanan khas Indonesia itu dalam acara lokakarya tentang tempe.

Liputan6.com, Jakarta - Untuk memperkenalkan makanan khas Indonesia, Rumah Budaya Indonesia (RBI) di Tokyo menyelenggarakan lokakarya tentang tempe. Dalam lokakarya terdapat pokok pembahasan mencakup sejarah, cara pembuatan, dan variasi masakan tempe.

Istri Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang, Nuning Wahyuniati mengatakan ke depan semakin banyak orang yang mempopulerkan tempe di Negeri Sakura itu.

“Saya rasa orang Jepang yang sudah sering pergi ke Indonesia atau sering makan masakan Indonesia sudah tahu tentang tempe. Hari ini kita akan belajar sejarah dan pembuatan tempe bersama narasumber kita Miyazaki Taiki, dan saya berharap kita dapat lebih mempulerkan tempe di Jepang,” ucap Nuning dalam siaran pers yang diterima Liputan6.com, Sabtu (18/9/2021).

Sementara itu, Atase Pendidikan dan Kebudayaan, Yusli Wardiatno menyampaikan bahwa tema acara bulanan tentang tempe adalah bagian dari upaya KBRI untuk terus mempromosikan kuliner Indonesia kepada masyarakat Jepang.

“Semoga pandemi bisa cepat selesai sehingga rencana KBRI mempertemukan Forum Tempe Indonesia dan The Tempe Society of Japan dapat dilaksanakan. Saya yakin pertemuan semacam itu sangat strategis, baik dari sisi pengembangan ilmu pengetahuan terkait tempe maupun dari sudut pandang budaya, sebab tempe adalah warisan budaya bangsa. Kita akan coba juga kumpulkan para produsen tempe se-Jepang,” ujar dia.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Tempe Siap Saji

Sementara itu, pemateri dalam acara tersebut adalah Miyazaki Taiki (26), lulusan Universitas Kokushikan. Ia bercerita ketika masih menjadi mahasiswa, selama dua tahun, dia belajar bahasa dan budaya Indonesia di Yogyakarta. Kemudian, setelah kembali ke Jepang, ia mulai membuat tempe.

Uniknya, dia juga menanam kedelai jenis tsukuizairai daizu, yang merupakan tanaman khas di daerah tempat tinggalnya, Sagamihara. Hasilnya, ia berhasil memadukan kedelai dari Jepang dengan proses pembuatan dan ragi dari Indonesia, sehingga menciptakan sebuah kolaborasi yang apik layaknya hubungan erat Indonesia dan Jepang.

Menurut Taiki, orang Jepang yang mengenal dan suka Indonesia memang sudah tahu tentang tempe. Pada tahun 1983 dan sekitar tahun 2012 ada gerakan menyebarkan tempe di Jepang dari kaum industri makanan di Jepang. Namun, kepopuleran tempe ternyata tidak berlangsung lama.

“Perlu adanya gerakan menjual tempe dalam bentuk yang siap saji atau yang sudah diolah dengan cita rasa orang Jepang sehingga lebih banyak lagi orang Jepang yang mengenal tempe. Memang kalau dijual bentuk mentah begitu saja, orang Jepang bingung bagaimana cara mengolah dan memakannya,” katanya.

Acara lokakarya Tempe yang dihadiri 103 peserta daring ini terasa semakin meriah, karena dihadiri oleh pakar tempe, yakni Made Astawan selaku Ketua Forum Tempe Indonesia. Pada kesempatan ini, Made Astawan menjawab berbagai pertanyaan detil tentang tempe.

Hadir pula Rustono, yang dikenal dengan sebutan ‘Raja Tempe’ di Jepang. Rustono membuat tempe sejak 20 tahun lalu dengan label Rusto’s Tempeh. Pabriknya terletak di Shiga dikelilingi alam yang indah dan air yang murni yang turut memberikan andil dalam pembuatan tempenya. Dengan jumlah produksi mencapai 10.000 buah, Rusto’s Tempeh dijual ke seluruh Jepang, bahkan ke negara-negara lain.

Lokakarya tersebut dilanjutkan dengan demo masak keringan tempe teri kacang oleh Ibu Ai dan Ibu Tini. Selain mendapatkan resep keringan tempe tersebut, peserta juga mendapat bahan resep tempe mendoan dari Ibu Nuning dilengkapi dengan daftar produk tempe yang bisa dibeli di Jepang.