Sukses

Makna Mendalam 5 Sajian Saat Malam 1 Sura yang Perlu Kamu Tahu

Berikut beberapa makna sajian saat jamasan pada malam 1 Sura

Liputan6.com, Yogyakarta - Tradisi malam 1 Sura biasanya jamasan pusaka atau mencuci keris.  Tradisi malam 1 Sura tidak lengkap tanpa sajian.

Berikut beberapa makna sajian saat jamasan pada malam 1 Sura yang dirangkum dari berbagai sumber.

1. Jenang weton

Jajanan yang satu ini memiliki makna untuk merawat sedulur papat limo pancer. Bagi  masyarakat Jawa, istilah ini berarti bentuk kesatuan wujud manusia ketika lahir, karena ketika seseorang lahir maka lahir pula empat saudaranya. Empat saudara yang  dimaksud adalah air ketuban, plasenta, darah, dan tali plasenta.

2. Nasi dan sayuran

Poin utama dari jajanan yang satu ini adalah sayur kacang panjang. Kacang panjang memiliki makna harapan selama masih diberi kehidupan atau umur maka sebagai manusia haruslah melengkapi hidupnya dengan harapan, doa dan tindakan yang nyata. Sehingga hidup memiliki tujuan yang jelas dan  tidak kosong.

3. Ingkung ayam

Meskipun jarang ada yang menjual secara utuh, tetapi ingkung ayam bisa didapatkan di pasar tradisional dalam bentuk suwiran dan nasi gurih.

Bentuknya yang menekun dan seperti bersujud membuat jajanan yang satu ini memiliki makna agar manusia senantiasa patuh dengan Tuhan Yang Maha Esa.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Pisang dan Kelapa Muda

4. Pisang Sanggan

Seperti namanya, pisang sanggan berarti jenis buah-buahan yang menyangga (sanggan). Dalam tradisi jamasan pusaka, jenis pisang yang biasa dipakai adalah pisang jenis raja pulut.

Selain bentuk buahnya yang apik dan berukuran cukup besar, pisang yang satu ini  memiliki harapan agar manusia selalu dekat dengan sesamanya, alam, dan Tuhan Yang Maha Esa.

5. Kelapa muda

Selain jajanan pasar ada pula kelapa muda yang dipakai sebagai sajian jamasan pusaka malam 1 Sura. Kelapa muda yang sudah siap digunakan ini memiliki makna sebuah harapan, ketika melakukan sikap mawas diri hendaknya dibarengi dengan tekad yang kuat dan harapan yang tinggi.

(Yohana Nabilla)