Sukses

Polisi Pastikan Angling Dharma Bukan Kerajaan

Kemunculan kerajaan yang disebut Angling Dharma, di Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang, Banten, membuat heboh banyak orang.

Liputan6.com, Pandeglang - Polisi memastikan Angling Dharma di Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang, Banten, bukan merupakan kerajaan. Polres Pandeglang menyatakan hal itu usai menerjunkan personelnya ke lokasi untuk menggali informasi.

Sementara singgasana hingga ornamen kerajaan yang ditemukan di lokasi, tidak lain hanya karena sang Baginda Sultan Iskandar Jamaludin Firdaus, yang disebut-sebut raja Kerajaan Angling Dharma, suka dengan hal tersebut.

"Kapolsek Mandalawangi sudah mengkonfirmasi semua keluarganya dan mengaku bahwa yang bersangkutan (Angling Dharma) bukan kerajaan, namun yang bersangkutan suka dengan corak-corak raja," kata Kapolres Pandeglang, AKBP Belny Warlansyah, Kamis (23/09/2021).

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Simak juga video pilihan berikut ini:

2 dari 3 halaman

Dana Baksos dari Uang 'Doa'

Menurut laporan yang Belny terima, pria yang sempat disebut sebagai Baginda Sultan memang kerap melakukan kegiatan sosial, serta membangun rumah tidak layak huni dan pondok pesantren. Uang nya berasal dari masyarakat yang datang ke Iskandar Jamaludin Firdaus, untuk meminta doa dan petuah.

"Dana yang digunakan untuk membangun rumah warga miskin itu berasal dari orang yang datang minta doa pada Baginda. Uang itulah yang dipakai untuk kegiatan sosial," terangnya.

3 dari 3 halaman

Heboh Kerajaan Angling Dharma

Sebelumnya ramai diberitakan bahwa Angling Dharma disebut sebagai kerajaan di Desa Pandat, Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang, Banten. Lokasinya berada di kaki Gunung Aseupan, Pulosari dan Gunung Karang yang sejuk.

Beberapa waktu lalu Aki Jamil, ajudan Baginda Sultan Iskandar Jamaludin Firdaus sempat mengatakan kalau Angling Dharma bersama sang Sultan, sudah membangun 35 rumah tidak layak huni, 4 pondok pesantren, hingga menyantuni kaum tidak mampu. Uangnya berasal dari pekerjaan sang Sultan dan bantuan dari para muridnya yang dermawan.

Di dalam rumah Baginda Sultan yang beristri empat itu, terdapat sebuah kursi yang bertuliskan Singgasana. Kemudian di temboknya, ada tulisan 'Satria Piningit Turun Ke Muka Bumi'.