Liputan6.com, Palembang - Kringg… Kringg… telepon Amiruddin Sandy berdering di malam hari, di saat dirinya sedang beristirahat. Namun sebagai seorang Camat Sako Palembang Sumatera Selatan (Sumsel), Amir, sapaan akrabnya, harus menerima apapun laporan atau keluhan dari warganya.
Telepon tersebut ternyata berasal dari warga, yang melaporkan bahwa ada pasien COVID-19 yang sedang menjalankan isolasi mandiri (isoman).
Permasalahan bukan dari pasien COVID-19 tersebut. Namun, para warga yang tinggal di sekitar rumah pasien COVID-19 itulah, yang dilaporkan ke Amir.
Advertisement
Baca Juga
“Saya sering menerima laporan, bahkan malam-malam. Ada keributan kecil, warga tidak menerima pasien COVID-19 isoman di lingkungan warga,” ucapnya kepada Liputan6.com di Palembang, Kamis (23/9/2021).
Bahkan kejadian tersebut, baru saja terjadi sekitar sebulan lalu. Para warga tidak terima, jika pasien COVID-19 menjalani isoman di lingkungan tempat tinggal mereka.
Hal tersebut dikarenakan para warga ketakutan akan tertular COVID-19. Serta, banyak yang berpikiran jika penderita COVID-19 merupakan aib yang memalukan. Para warga juga kerap mendapatkan informasi hoaks, terkait COVID-19.
Awalnya Amir dan tim gabungan dari Babinsa, Babinkamtibnas dan aparat kepolisian di Palembang, kesulitan untuk mengedukasi para warga. Apalagi kurangnya empati ke pasien COVID-19, yang sedang menjalani masa penyembuhan dan pemulihan.
“Awal-awalnya sangat kencang penolakan. Tapi dengan beberapa pendekatan, kami lakukan pendekatan, dengan lurah dan Babinsa, kami memberi pemahaman jika penderita COVID-19 itu bukanlah sebuah aib,” katanya.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Stigma Negatif COVID-19
Dia pun mengajak para warganya di Kecamatan Sako Palembang, untuk saling memiliki empati. Dan bagaimana membantu pasien COVID-19 yang sedang isoman.
Serta, bagaimana pasien COVID-19 cepat sembuh dan menekan penularan COVID-19 di Kecamatan Sako Palembang. Termasuk terus menjalankan penyaluran bantuan ke pasien COVID-19 yang isoman.
“Upaya yang kami lakukan untuk menurunkan upaya stigma negatif dari masyarakat, yaitu pendekatan secara personal dan kekeluargaan. Jangan sampai ada rasa tidak suka (ke pasien COVID-19),” ungkapnya.
Saat sosialisasi dan pendekatan ke warga, Camat Sako Palembang dan jajarannya selalu membawa aparat kepolisian.
Hal tersebut untuk menekan paradigm negatif terhadap pasien COVID-19, yang berujung persekusi. Karena, akan ada ancaman pidana jika terbukti melakukan persekusi.
Advertisement
Warga Menolak Vaksin
“Sampai sekarang sudah berkurang (penolakan pasien COVID-19), walau masih ada riak-riak penolakan kecil,” ujarnya.
Dia juga sempat kewalahan saat sosialisasi vaksinasi COVID-19. Para warganya banyak yang menolak, karena termakan berbagai berita hoaks.
“Di awal-awal mengajak vaksinasi COVID-19, kami kerepotan mengajak warga untuk divaksin. Banyak yang menolak, karena termakan hoaks. Padahal itu tidak benar,” ujarnya.
Hani, warga Kecamatan Sako Palembang mengatakan, awalnya dia sempat takut mengikuti vaksinasi COVID-19.
“Iya awal-awal takut, tapi sekarang kayaknya memang sangat butuh suntik vaksin. Selain untuk kesehatan, juga untuk kemudahan keperluan lainnya,” ujarnya.