Liputan6.com, Jambi - Duta Bahasa Provinsi Jambi, Pusat Bahasa Isyarat Indonesia (Pusbisindo) Jambi, dan Gerakan Untuk Kesejahteraan Tunarungu (Gerkatin) Jambi meluncurkan sebuah buku saku tentang bahasa isyarat. Peluncuran buku saku ini digelar dalam memperingati Hari Bahasa Isyarat Internasional yang jatuh setiap 23 September.
Melalui buku saku itu, bahasa isyarat yang menjadi bahasa khusus bagi para tunarungu diharapkan bisa dikenal luas masyarakat umum. Buku saku tersebut bertujuan untuk pembelajaran bagi masyarakat umum secara luas.
Advertisement
Baca Juga
“Kami melihat untuk di Jambi saat ini bahasa isyarat kurang menjangkau masyarakat umum," kata Duta Bahasa Jambi Syafira Deiktya Emte di sela-sela kegiatan memperingati Hari Bahasa Isyarat Internasional di Aula Masinding Kantor Bahasa Provinsi Jambi, Sabtu (25/9/2021).
Bahasa isyarat merupakan bahasa non-lisan yang sebagian besar digunakan orang-orang tuli untuk berkomunikasi. Namun kurangnya wawasan masyarakat tentang bahasa isyarat, membuat para teman tuli di Jambi, masih merasa kesulitan saat melakukan aktivitas sehari-harinya di luar rumah, terutama di ruang publik.
Melalui peluncuran buku saku itu diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya bahasa isyarat dalam mewujudkan hak asasi manusia untuk semua kalangan, khususnya teman tuli.
Buku saku bahasa isyarat tersebut saat ini kata dia, masih dalam proses pencetakan. Selain dicetak buku, nantinya buku saku bahasa isyarat tersebut juga akan dibuat dalam bentuk versi Portable Document Format (PDF) sehingga bisa diakses oleh masyarakat luas.
"Kami berharap buku saku bahasa isyarat ini bisa jadi pembelajaran bagi masyarakat umum secara luas," ujar Syafira.
Selain meluncurkan buku saku bahasa isyarat, peringatan Hari Bahasa Isyarat yang bertajuk "Sasmita Bahasa" ini juga menghasilkan beberapa karya. Di antaranya video pembelajaran bahasa isyarat, dan kolaborasi penampilan membawakan lagu Merakit karya Yura Yunita menggunakan bahasa Isyarat.
Selain itu dalam peringatan Bahasa Isyarat Internasional di Jambi bersama dengan komunitas-komunitas tuli beberapa bulan sebelumnya telah melakukan berbagai rangkaian kegiatan. Di antaranya pembuatan video klip lagu Merakit karya Yura Yunita, kegiatan pembelajaran, fashion show, koreografi tari dan aktivitas kolaborasi menarik lainnya.
“Kami memaknai secara dalam, isyarat itu bukan sekadar dilihat dari mata, tapi juga dari jiwa kita yang disalurkan oleh teman tuli kepada teman dengar,” kata Syafira.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Simak Video Pilihan Ini:
Butuh Dukungan
Menurut Syafira, kelompok teman-teman tuli sangat membutuhkan dukungan dari pemerintah. Misalnya dalam hal kecil, teman tuli dirasa masih kesulitan mengakses vaksinasi.
“Masih banyak teman tuli belum divaksin,” jelasnya.
Contoh liyan untuk Juru Bicara Isyarat (JBI) di Jambi juga saat ini masih sangat kurang. Tidak banyak orang yang mengerti bahasa isyarat menjadi kendala utama mereka dalam berkomunikasi.
Kemudian untuk teman tuli di Indonesia maupun di Provinsi Jambi, masih sulit untuk mengakses data orang yang menyandang tunarungu tidak diketahui berapa jumlahnya.
“Ini menjadi bukti kepada kita bahwa untuk perhatian kita terhadap teman tuli masih kurang. Bahkan datanya saja tidak dan sumber yang valid tidak ada,” ujar Syafira.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Jambi Mulyadi mengapresiasi kegiatan peringatan Hari Bahasa Isyarat Internasional yang diprakarsasi Duta Bahasa dan komunitas tuli yang ada di Provinsi Jambi.
Dalam langkah awal ini Dinas Pendidikan Kota Jambi akan mendukung dan bersinergi dengan kawan-kawan penyandang disabilitas.
“Bagaimanapun juga, kita akan berupaya untuk meningkatkan kompetensi mereka (teman-teman penyandang disabilitas), sehingga bisa berkiprah walaupun mereka memiliki sedikit keterbatasan," ujar Mulyadi.
"Dalam hal berkarya, kita semua memiliki kesetaraan untuk melakukan hal tersebut,” sambung Mulyadi.
Mulyadi mengakui bahwa di ruang publik masih sulit beradabtasi dengan penyandang tunarungu. Sehingga dengan kondisi ini dibutuhkan kolaborasi semua pihak agar ruang publik ramah terhadap penyandang tunarungu.
“Memang butuh kerjasama dan kaloborasi semua pihak. Kita juga akan menyosialisasikan buku saku bahasa isyarat diperlukan di fasilitas umum,” ujar Mulyadi.
Advertisement