Liputan6.com, Makassar - Sebuah video TikTok viral di media sosial sejak beberapa hari terakhir. Video itu menunjukkan dua mahasiswi korban bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar mengaku tidak diberikan perawatan lebih lanjut atas luka yang dideritanya.
Kedua mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Stella Maris Makassar korban bom bunuh diri itu bernama Valeriana dan Karina. Dalam video berdurasi 2 menit 39 detik itu keduanya menunjukkan luka bakar cukup serius di bagian tangan dan kaki.
Valeriana mengaku bahwa dirinya berasal dari Kabupaten Tual, Maluku Tenggara. Mahasiswi yang tengah menempuh pendidikan di STIKES Stella Maris itu juga mengaku bahwa dirinya tinggal sendiri di Kota Makassar. Dia mengalami keloid atau bekas luka yang menonjol setelah luka sembuh. Kondisi ini mengganggu aktivitasnya sehari-hari.
Advertisement
"Pada saat ini saya mengalami keloid pada daerah tangan dan kaki saya. Tetapi, saat ini keloid terus mengalami penebalan dan nyeri terus menerus. Saya tidak bisa beraktifitas secara sempurna dikarenakan keloid yang luas pada daerah tangan saya," kata Valeria dalam videonya yang diterima Liputan6.com, Kamis (30/9/2021).
Valeriana bahkan mengaku bahwa dirinya sempat dijanjikan untuk mendapatkan perawatan intensif di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. Namun, hingga saat ini, menurut dia, janji yang diberikan oleh pemerintah itu belum ditepati.
"Saya juga telah dijanjikan pemerintah untuk pengobatan tapi sampai saat ini kami tidak diperhatikan dengan sempurna sesuai dengan janji pemerintah. Saat ini, saya juga menunggu kepastian dari Rumah Sakit Bhayangkara Makassar tetapi saya belum menerima kepastian dan acc dari rumah sakit," akunya.
Senada dengan Valeriana, Karina dalam video yang sama juga mengaku tidak mendapatkan perhatian dari pemerintah usai dirinya menjadi korban bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar pada 28 Maret 2021 lalu.
"Saya anak perantau, saya juga korban. Sekarang say mengalami keloid di bagian tangan kanan dan kaki kiri namun saya merasa terganggu karena sering gatal dan kesakitan," ucap dia
Keduanya pun lalu meminta bantuan daru Uskup dan Pastor serta para dermawan untuk bersedia memberikan donasi kepada keduanya demi pengobatan bekas luka bakar yang mereka derita.
"Kami juga minta bantuan pastor uskup dan bapak ibu yang nonton video ini untuk bantu agar kulit kami bisa sembuh kembali," katanya.
Simak video pilihan berikut ini:
Klarifikasi Rumah Sakit Bhayangkara
Sementara itu, Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Makassar Kombes Pol Muhammad Masudi membantah pengakuan kedua mahasiswi tersebut. Menurut dia, pihaknya telah memberikan perhatian khusus kepada keduanya pasca bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar.
"Tidak benar itu, sampai saat ini keduanya masih menjalani perawatan," ucap Masudi kepada Liputan6.com saat dikonfirmasi Kamis (30/9/2021).
Masudi menuturkan bahwa pihak Rumah Sakit Bhayangkara Makassar memberikan perhatian penuh kepada seluruh korban bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar. Kedua mahasiswi yang mengaku tidak mendapat perhatian itu bahkan telah beberapa kali menjalani operasi.
"Mereka sudah dioperasi, kami siapkan dokter bedah plastik," sebutnya.
Masudi pun menduga bahwa ada seseorang yang menyarankan Valeriana dan Karina untuk membuat keterangan seperti itu demi sebuah kepentingan. Apalagi dalam video itu keduanya sampai terang-terangan meminta donasi.
"Kami menduga keduanya ada yang arahkan untuk buat video itu," ucapnya.
Advertisement
Permintaan Maaf
Belakangan, Masudi kemudian mengirimkan video berdurasi 43 detik kepada Liputan6.com. Video singkat itu berisi klarifikasi dan permintaan maaf dari Valeriana dan Karina tentang video keduanya yang viral sebelumnya.
"Kami meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada pemerintah dalam hal ini pihak RS Bhayangkara Makassar yang sudah memberikan penanganan darurat sejak 28 Maret 2021 lalu," ucap Valeriana dalam video tersebut.
Dia pun mengatakan bahwa sejak dirinya menjadi korban dari aksi bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar pihak Rumah Sakit Bhayangkara telah memberikan perhatian serius kepada keduanya.
"Telah dilakukan operasi sebanyak lima kali dan sampai saat ini kami masih dalam tahap pengobatan dan pemulihan. Seluruh (biaya) pengobatan ditanggung penuh oleh pemerintah, Rumah Sakit Bhayangkara Makassar," imbuhnya.