Sukses

Harga Pakan Meroket tapi Telur Ambruk, Peternak Tasikmalaya Terpaksa Lelang Ayam

Kenaikan harga pakan secara bertahap menambah beban peternak dalam mempertahankan keberlangsungan usaha budidaya ayam petelur saat ini

Liputan6.com, Garut - Kenaikan harga pakan saat ini cukup menyulitkan peternak ayam petelur Kota Tasikmalaya, Jawa Barat di tengah penurunan harga telur. Tercatat harga pakan naik sudah tiga kali dalam kurun dua bulan terakhir.

Maesih, 56 tahun, seorang peternak ayam petelur di Kampung Sukasirna Kelurahan Karanganyar, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya, mengatakan anjloknya harga telur saat ini terendah dalam waktu lima tahun terakhir.

“Saat ini harga telur sekarang sudah diangka 13.000 di kandang, tapi  di sisi lain harga pakan justru sudah tiga kali mengalami kenaikan, jelas berat buat kami,” ujarnya, beberapa waktu lalu.

Menurutnya, kenaikan harga pakan secara bertahap menambah beban mereka, dalam mempertahankan keberlangsungan usaha budidaya ayam petelur saat ini. Tercatat dalam dua bulan terakhir harga pakan naik nyaris Rp60 ribu.

“Awalnya Rp285 ribu per karung (@50 kg), naik menjadi Rp300 ribu, kemudian naik lagi menjadi Rp320 ribu, sekarang sudah di angka Rp345.000 per karung,” papar dia.

Sontak kondisi itu langsung membuat sebagian peternak ayam petelur di kota Tasikmalaya menjerit, akibatnya meningkatnya beban produksi, di tengah penurunan harga jual telur saat ini.

“Harga telur Rp15.000 per kg pun jika harga pakan mencapai Rp345 ribu tetap biaya produksi tidak akan tertutup (impas),” kata dia.

Untuk mendapatkan margin bagi peternak ujar dia, idealnya harga telur di kandang dijual di harga Rp18.500 - Rp19.000 per kilogram, meskipun dengan keuntungan sedikit.

“Dengan harga saat ini, boro-boro dapat untung, yang ada malah buntung (rugi),” ungkap dia.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Kurangi Populasi Ayam

Akibat anjloknya harga telur, Ia terpaksa menjual lebih dari setengah populasi ayam petelur di kandangnya, untuk mengurangi beban biaya produksi yang harus dikeluarkan.

Awalnya sekitar 1.800 ekor kini tinggal 740 ekor yang masih dikelola. “Untuk sisa ayam dengan jumlah segitu pun saya masih nombok sebab harga telurnya masih murah,” ujar dia.

Ia mengakui, dalam lima tahun terakhir menggeluti usaha budidaya ayam petelur, penurunan harga telur saat ini, terbilang cukup signifikan. “Pernah ada beberapa kali penurunan, tapi tidak separah sekarang,” kata dia.

Dalam penurunan sebelumnya ujar dia, harga telur di kandang berkisar di angka Rp16.000 - Rp17.000 per kilogram, sehingga tidak menimbulkan kerugian yang besar. “Kalau sampai harga Rp14.000 bahkan Rp13 ribu di kandang baru kali ini,” ujarnya meradang.

Jika kondisi itu tetap bertahan dalam sebulan ke depan, ia memprediksi para peternak ayam petelur kota Tasikmalaya, lebih memilih menghentikan produksi akibat tingginya beban operasional.

“Jangankan dapat untung, biaya untuk nutup pakan saja saya sudah nombok dari gaji pensiunan,” kata dia.

Padahal jika kondisi stabil, dengan populasi ayam petelur sekitar 500 ekor produktif, maka sedikitnya dihasilkan keuntungan hingga Rp6 juta per bulan.

“Sekarang dua ribu ekor ayam saja gak cukup, bayar gaji pegawai, tabungan abis, bahkan ayamnya pun dilelang,” kata dia.