Liputan6.com, Solo - Desa Wisata Sangiran yang terletak di Krikilan, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, ini masuk ke dalam daerah Cagar Budaya Sangiran dan telah ditetapkan sebagai World Culture Heritage oleh UNESCO pada tahun 1996.
Desa ini merupakan situs arkeologi di Pulau Jawa yang dianggap penting oleh dunia. Sebab fosil manusia purba banyak ditemukan di sini.
Untuk diketahui Desa wisata Sangiran memiliki banyak potensi wisata yang dapat dinikmati oleh wisatawan. Di antaranya, wisata air asin Pablengan, sumber mata air asin berusia lebih dari 2 juta tahun. Terbentuk dari pergeseran bumi serta letusan gunung berapi, yang menjadikan Sangiran yang tadinya laut dalam akhirnya menjadi darat.
Advertisement
Tak hanya itu, desa wisata tersebut juga memiliki Punden Tingkir, yang merupakan peninggalan masa lalu yang dipercaya masyarakat sebagai peninggalan Joko Tingkir, karena adanya petilasan Joko Tingkir di dalamnya. Tempat tersebut, kini juga memiliki beberapa spot foto yang menarik bagi wisatawan.
Baca Juga
Desa Wisata Sangiran kian lengkap dengan wisata budaya, yang di mana memiliki Museum Manusia Purba Sangiran. Di museum ini banyak informasi tentang peradaban manusia purba di Jawa serta binatang-binatang purba yang ditemukan di Jawa.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Â
Saksikan Video Pilihan Ini:
Situs Telah Berumur 1,8 Juta Tahun
Wisatawan juga bisa menikmati ragam kesenian yang ada di Desa Wisata Sangiran ini, seperti Gamelan Renteng, gamelan berusia satu abad yang masih dipakai hingga saat ini. Tari Gerbang Sukowati, berisi pesan ajakan kepada warga Sragen agar turut serta dalam membangun Kabupaten Sragen. Hingga, Tari Bubak Kawah, tradisi orang tua melepas anaknya digambarkan oleh perabot rumah tangga yang ditanggul.
Sementara untuk produk ekonomi kreatif, desa wisata ini memiliki produk kuliner seperti jajanan pasar, sate lontong, sego kuning, sego bancaan, ge dar pecel, bubur srintil, hingga kopi purba. Produk kriya berupa kerajinan bambu, watu lurik, kerajinan watu, watu akik, watu sangir, dan kapak purba.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno menyambangi Desa Wisata Sangiran dalam rangka melanjutkan visitasi ke 50 Desa Wisata dalam rangkaian Anugerah Desa Wisata Indonesia 2021.
"Desa Wisata Sangiran ini kelasnya dunia, karena ada situs yang sudah diakui dunia oleh UNESCO, sebagai situs yang umurnya 1,8 juta tahun. Ini adalah situs tertua, dan ini menunjukkan bahwa peradaban kita peradaban tinggi, dan sudah sepatutnya bahwa kita optimistis bangsa ini menjadi bangsa yang besar," ujar Menparekraf Sandiaga dalam rilis yang diterima Liputan6.com saat visitasi ke Desa wisata Sangiran.
Ia menyebut, Desa Wisata Sangiran merupakan desa wisata rintisan yang baru berusia dua tahun. Desa tersebut bisa menjadi desa mandiri. Desa Wisata Sangitran diharapkan bisa mempunyai ketersediaan dan akses terhadap pelayanan dasar yang mencukupi, infrastruktur yang memadai, aksesibilitas/transportasi yang tidak sulit, pelayanan umum yang bagus, serta penyelenggaraan pemerintahan yang sudah sangat baik.
"Desa Wisata Sangiran ini menariknya desa wisata rintisan, baru dua tahun lalu terkena pandemi Covid-19. Kami berharap desa ini akan naik dari rintisan, menjadi berkembang, menjadi maju, lalu menjadi desa mandiri," ujar Menteri Sandiaga.Â
"Saya lihat potensinya luar biasa Desa Wisata Sangiran ini, karena ada wisata edukasi, wisata berbasis sejarah, wisata berbasis budaya, dan yang tadi saya kaget saya distop oleh teman-temen yang sedang menggagas Sangiran yaitu lomba lari 25 km di malam hari menuju Solo, ini menurut saya potensinya sangat luar biasa. Tapi yang paling betul-betul menyentuh saya adalah produk-produk ekonomi kreatifnya," ujarnya.
Advertisement
Berikan Modal Pelaku Ekraf
Selain melihat langsung potensi yang ada dan meninjau penerapan protokol kesehatan di Desa Saringan, dalam kunjungan tersebut Menparekraf Sandiaga juga menyempatkan diri berdialog dengan pelaku ekonomi kreatif di sana. Salah satunya adalah Parni, penjual makanan.
Parni bercerita bahwa pandemi memberikan dampak yang besar terhadap usahanya karena menurunnya jumlah wisatawan yang datang. Ia terpaksa menjual 2 sapi miliknya demi mencukupi kebutuhan sehari-hari.
"Selama pandemi yang mengharuskan museum ditutup, sementara penghasilan saya dari berjualan di tempat wisata. Saya berharap tempat wisata di sini bisa dibuka kembali," ujarnya.
Mendengar hal tersebut, Menparekraf Sandiaga langsung menjelaskan bahwa Desa Wisata Sangiran akan terus dibuka jika para pelaku pariwisata dan ekraf bisa menjaga protokol kesehatan dengan ketat, dan kasus COVID-19 terkendali.
"Harapan dari Bu Parni yang menyetop saya pada saat saya ingin ke sini, menginginkan agar desa wisata ini terus dibuka, saya tadi berkonsultasi dengan Ibu Bupati, dan selama protokol kesehatannya dijaga, selama kasus COVID-19 terkendali, selama vaksinasinya terus ditingkatkan, InsyaAllah desa wisata ini akan terus dibuka. Aamiin," ujar Sandiaga.
Menparekraf Sandiaga juga sempat membelikan etalase sebagai modal dan kesiapan menyambut wisatawan saat dibuka kembali Desa Wisata Sangiran.
Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati, menyampaikan rasa terima kasih atas dukungan dari Menparekraf Sandiaga Uno dalam pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif di wilayahnya.
"Ini tandanya Sragen walaupun potensi alamnya tidak begitu menghasilkan seperti yang ada di pegunungan dan pantai, ternyata kalau kita bisa menggali kelebihan dan kekayaan kita sendiri ternyata kita mampu. Untuk itu ayo dijaga kelestariannya, kebersihannya. Dan jangan lupa pandemi ini masih ada, walaupun Sragen sudah level dua tapi nanti saya minta bapak ibu, semua warga Sragen tetap patuhi protokol kesehatan," ujarnya.
Turut mendampingi Menparekraf Sandiaga Uno, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur, Kemenparekraf/Baparekraf, Vinsensius Jemadu; serta Direktur Tata Kelola Destinasi dan Pariwisata Berkelanjutan, Kemenparekraf/Baparekraf, Indra Ni Tua.